Qasidah Munajat Al Imam Al Quthb Habib Abdullah Al Haddad
Ya Rasulallah . . .
1. Mengenai berjumpa dg Rasul saw adalah dg merindukan beliau saw dan memperbanyak amalan sunnah semampunya, dan memperbanyak shalawat, beliau saw mencintai kita dan memperhatikan kita lebih dari ayah bunda kita, beliau saw adalah ayah ruh bagi semua ummatnya, maka ruh kita tetap mudah berhubungan dengan ruh beliau saw, lewat mimpi misalnya, nah.. perkuat hubungan ruh anda dengan ruh beliau saw dengan shalawat ini :"Allahumma shalli alaa ruuhi sayyidina muhammadin fil arwah, wa `ala Jasadihi filjasad, wa alaa Qabrihi filqubuur" (wahai Allah limpahkan shalawat pada Ruh Sayyidina Muhammad di alam arwah, dan limpahkan pula pada Jasadnya di alam Jasad, dan pada kuburnya di alam kubur).
2. Anda bisa saja jumpa dg Rasul saw dalam mimpi, perbanyaklah shalawat, cintailah sunnah, dan perbanyaklah bersedekah pada anak yatim, dan baktilah pada ibunda jika masih ada, ini adalah amalan amalan yg sangat dicintai oleh
Rasul saw,anda jangan tidur kecuali bibir anda terus bershalawat pada nabi saw, beliau saw akan menjumpa anda, dan yakinlah..
Rasul saw,anda jangan tidur kecuali bibir anda terus bershalawat pada nabi saw, beliau saw akan menjumpa anda, dan yakinlah..
3. Saya (Habib Munzir) menyukai semua shalawat, dulu saya membaca 17 macam shalawat, diantaranya shalawat Syeikh Abdulqadir Aljailani yg panjangnya 13 halaman, namun kini saya membaca satu macam shalawat saja, yg diajarkan Rasul saw lewat mimpi pd saya, pendek saja yaitu : "ALLAHUMMA SHALLI ALA SAYYIDINA MUHAMMAD WA ALIHI WA SHAHBIHI WASALLIM"shalawat ini saya baca 5.000X setiap harinya, jika anda ingin membacanya silahkan, saya ijazahkan pada anda, boleh membacanya 100X, 200X atau lebih atau berapa saja sekemampuan anda dan luasnya waktu, dan bisa dibaca sambil dimobil, dijalan, atau dimanapun.
4. Masalah mimpi Rasul saw, saya (Habib Munzir) pernah bermimpi beliau saw dan mengadukan banyaknya orang yg rindu dg beliau saw namun belum jumpa dalam mimpi, beliau saw menutup wajahnya dan menangis, seraya berkata : "Tiada yg memisahkanku dg mereka selain tabir qudrat, dan mereka akan jumpa dg ku kelak"beliau saw sangat perduli dan rindu pada ummatnya, lebih lebih yg mencintai beliau saw, dan telah teriwayatkan pada shahih Muslim bahwa,
Beliau saw bersabda : "Ummatku yg paling cinta padaku adalah yg hidup setelah aku wafat, dan mereka sangat mengidamkan jumpa dg ku daripada harta dan keluarganya" .
Beliau saw bersabda : "Ummatku yg paling cinta padaku adalah yg hidup setelah aku wafat, dan mereka sangat mengidamkan jumpa dg ku daripada harta dan keluarganya" .
al-‘Arif Billah al-Imam as-Sayyid Abdullah ibn ‘Alawi al-Haddad (w 1132 H), Shahib ar-Ratib, dalam karyanya berjudul Risalah al-Mu’awanah, h. 14, menuliskan:
“Hendaklah engkau memperbaiki akidahmu dengan keyakinan yang benar dan meluruskannya di atas jalan kelompok yang selamat (al-Firqah an-Najiyah). Kelompok yang selamat ini di antara kelompok-kelompok dalam Islam adalah dikenal dengan sebutan Ahlussunnah Wal Jama’ah. Mereka adalah kelompok yang memegang teguh ajaran Rasulullah dan para sahabatnya. Dan engkau apa bila berfikir dengan pemahaman yang lurus dan dengan hati yang bersih dalam melihat teks-teks al-Qur’an dan Sunnah-Sunnah yang menjelaskan dasar-dasar keimanan, serta melihat kepada keyakinan dan perjalanan hidup para ulama Salaf saleh dari para sahabat Rasulullah dan para Tabi’in, maka engkau akan mengetahui dan meyakini bahwa kebenaran akidah adalah bersama kelompok yang dinamakan dengan al-Asy’ariyyah. Sebuah golongan yang namanya dinisbatkan kepada asy-Syaikh Abu al-Hasan al-Asy’ari –
“Hendaklah engkau memperbaiki akidahmu dengan keyakinan yang benar dan meluruskannya di atas jalan kelompok yang selamat (al-Firqah an-Najiyah). Kelompok yang selamat ini di antara kelompok-kelompok dalam Islam adalah dikenal dengan sebutan Ahlussunnah Wal Jama’ah. Mereka adalah kelompok yang memegang teguh ajaran Rasulullah dan para sahabatnya. Dan engkau apa bila berfikir dengan pemahaman yang lurus dan dengan hati yang bersih dalam melihat teks-teks al-Qur’an dan Sunnah-Sunnah yang menjelaskan dasar-dasar keimanan, serta melihat kepada keyakinan dan perjalanan hidup para ulama Salaf saleh dari para sahabat Rasulullah dan para Tabi’in, maka engkau akan mengetahui dan meyakini bahwa kebenaran akidah adalah bersama kelompok yang dinamakan dengan al-Asy’ariyyah. Sebuah golongan yang namanya dinisbatkan kepada asy-Syaikh Abu al-Hasan al-Asy’ari –
Semoga rahmat Allah selalu tercurah baginya-. Beliau adalah orang yang telah menyusun dasar-dasar akidah Ahl al-Haq dan telah memformulasikan dalil-dalil akidah tersebut. Itulah akidah yang disepakati kebenarannya oleh para sahabat Rasulullah dan orang-orang sesudah mereka dari kaum tabi’in terkemuka. Itulah akidah Ahl al-Haq setiap genarasi di setiap zaman dan di setiap tempat. Itulah pula akidah yang telah diyakini kebenarannya oleh para ahli tasawwuf, sebagaimana telah dinyatakan oleh Abu al-Qasim al-Qusyairi dalam pembukaan Risalah-nya (ar-Risalah al-Qusyairiyyah) .
Itulah pula akidah yang telah kami yakini kebenarannya, serta merupakan akidah seluruh keluarga Rasulullah yang dikenal dengan as-Sadah al-Husainiyyin, yang dikenal pula dengan keluarga Abi ‘Alawi (Al Abi ‘Alawi).. Itulah pula akidah yang telah diyakini oleh kakek-kakek kami terdahulu dari semenjak zaman Rasulullah hingga hari ini. Adalah al-Imam al-Muhajir yang merupakan pucuk keturunan dari as-Sadah al-Husainiyyin, yaitu as-Sayyid asy-Syaikh Ahmad ibn ‘Isa ibn Muhammad ibn ‘Ali Ibn al-Imam Ja’far ash-Shadiq -semoga ridla Allah selalu tercurah atas mereka semua-, ketika beliau melihat bermunculan berbagai faham bid’ah dan telah menyebarnya berbagai faham sesat di Irak maka beliau segera hijrah dari wilayah tersebut. Beliau berpindah-pindah dari satu tempat ke tampat lainnya, dan Allah menjadikannya seorang yang memberikan manfa’at di tempat manapun yang beliau pijak. Hingga pada akhirnya beliau sampai di tanah Hadramaut Yaman dan menetap di sana hingga beliau meninggal. Allah telah menjadikan orang-orang dari keturunannya sebagai orang-orang banyak memiliki berkah, hingga sangat banyak orang yang berasal dari keturunannya dan dikenal sebagai orang-orang ahli ilmu, ahli ibadah, para wali Allah dan orang-orang ahli ma’rifat. Sedikitpun tidak menimpa atas semua keturunan Al-Imam agung ini sesuatu yang telah menimpa sebagian keturunan Rasulullah dari faham-faham bid’ah dan mengikuti hawa nafsu yang menyesatkan. Ini semua tidak lain adalah merupakah berkah dari keikhlasan al-Imam al-Muhajir Ahmad ibn ‘Isa dalam menyebarkan ilmu-ilmunya, yang karena untuk tujuan itu beliau rela berpindah dari satu tempat ke tampat yang lain untuk menghindari berbagai fitnah. Semoga Allah membalas baginya dari kita semua dengan segala balasan termulia, seperti paling mulianya sebuah balasan dari seorang anak bagi orang tuanya. Semoga Allah mengangkat derajat dan kemulian beliau bersama orang terdahulu dari kakek-kakeknya, hingga Allah menempatkan mereka semua ditempat yang tinggi. Juga semoga kita semua dipertemukan oleh Allah dengan mereka dalam segala kebaikan dengan tanpa sedikitpun dari kita terkena fitnah. Sesungguhnya Allah maha pengasih. Dan ketahuilah bahwa akidah al-Maturidiyyah adalah akidah yang sama dengan akidah al-Asy’ariyyah dalam segala hal yang telah kita sebutkan”.
Al-Imam al-Hafizh Muhammad Murtadla az-Zabidi (w 1205 H), dalam pasal ke dua pada Kitab Qawa’id al-‘Aqa’id dalam kitab syarah Ihya’ berjudul Ithaf as-Sadah al-Muttaqin Bi Syarh Ihya’ ‘Ulumiddin, j. 2, h. 6, menuliskan: “Jika disebut nama Ahlussunnah Wal Jama’ah maka yang dimaksud adalah kaum Asy’ariyyah dan kaum Maturidiyyah”.
Al Habib Abdullah bin Husin Bin Thohir Ba'alawy RA berkata :
Bawalah dirimu senantiasa berkumpul dengan orang-orang yang sholeh dan biasakanlah berperilaku sebagaimana perilaku mereka. Ambillah manfaat dari perbuatan-perbuatan dan perkataan-perkataan mereka. Biasakanlah berziarah kepada mereka baik yang masih hidup ataupun sudah meninggal disertai dengan sebaik-baiknya penghormatan dan husnudz dzon (berbaik sangka) yang tulus. Dengan cara itulah orang yang mengunjungi mereka akan mendapat manfaat dan karunia melalui mereka.
Sesungguhnya begitu sedikitnya kemanfaatan yang didapatkan oleh orang-orang sekarang dari keberadaan para sholihin karena sedikitnya rasa penghormatan dan husnudz dzon mereka kepada para sholihin sehingga mereka tidak mendapatkan keberkatan dari para sholihin. Mereka juga tidak pernah menyaksikan karomah-karomah para sholihin sehingga mereka mengatakan bahwa tidak ada Auliya’ pada jaman ini. Padahal alhamdulillah mereka para wali Alloh saat ini begitu banyak, baik yang kelihatan maupun yang tersembunyi.
Tidaklah mengetahui keberadaan mereka kecuali orang-orang yang hatinya diberi cahaya oleh Alloh dengan cahaya - cahaya penghormatan dan husnudz dzon kepada para sholihin. Oleh karena itu tepatlah yang dikatakan dalam suatu penuturan "Almadad fil masyhad".
Maksud dari "Almadad fil masyhad" adalah besarnya karunia dan pemberian Alloh kepada seseorang yang didapatkan dari para sholihin adalah tergantung dari seberapa besar orang tersebut memandang dan memposisikan mereka di dalam dirinya. Jika dia melihat para sholihin tadi dengan suudz dhon (berburuk sangka), maka karunia dan pemberian yang ia dapatkan tentunya sedikit atau bahkan tidak sama sekali. Jika ia melihat mereka dengan pandangan husnudz dhon, maka ia akan mendapatkan karunia dan pemberian dari Alloh sebesar rasa husnudzdzonnya kepada mereka.
[Diambil dari Majmu' kalam Al-Habib Abdulloh bin Husin Bin Thohir Ba'alawy, hal. 71-72] Majlis Ta'lim Wad Da'wah Lil Ustadz Al Habib Sholeh bin Ahmad bin Salim Al Aydrus,
Terdapat seorang pemuda yang kerjanya adalah menggali kubur dan mencuri kain kafan untuk dijual.
Pada suatu hari, pemuda tersebut berjumpa dengan seorang alim/ahli ibadah untuk menyatakan kekesalannya dan keinginan untuk bertaubat kepada Allah s.w.t
Dia berkata, "Sepanjang aku menggali kubur untuk mencuri kain kafan, aku telah melihat 7 perkara ganjil yang menimpa mayat-mayat tersebut. Lantaran aku merasa sangat insaf atas perbuatanku yang sangat keji itu dan aku ingin sekali bertaubat."
Yang pertama, aku lihat mayat yang pada siang harinya menghadap kiblat. Tetapi apabila aku menggali semula kuburnya pada waktu malam, aku lihat wajahnya telah membelakangkan kiblat. Mengapa terjadi begitu, wahai tuan guru?" tanya pemuda itu.
Wahai anak muda, mereka itulah golongan yang telah mensyirikkan Allah s.w.t. sewaktu hidupnya.
Allah s.w.t. pun menghinakan mereka dengan memalingkan wajah mereka dari mengadap kiblat, untuk membedakan mereka daripada golongan muslim yang lain," jawab ahli ibadah tersebut.
Sambung pemuda itu lagi, "Golongan yang kedua, aku lihat wajah mereka sangat elok saat mereka dimasukkan ke dalam liang lahat. Tatkala malam hari ketika aku menggali kubur mereka, ku lihat wajah mereka telah bertukar menjadi ****.
Mengapa begitu halnya, wahai tuan guru?"
Jawab ahli ibadah tersebut, "Wahai anak muda, mereka itulah golongan yang meremehkan dan meninggalkan sholat sewaktu hidupnya.
Sesungguhnya sholat merupakan amalan yang pertama sekali dihisab. Jika sempurna solat, maka sempurnalah amalan-amalan kita yang lain,"
Pemuda itu menyambung lagi, "Wahai tuan guru, golongan yang ketiga yang aku lihat, pada waktu siang mayatnya kelihatan seperti biasa saja. Tetapi saat aku menggali kuburnya pada waktu malam, ku lihat perutnya terlalu menggelembung, keluar pula ulat yang terlalu banyak dari perutnya itu."
"Mereka itulah golongan yang gemar memakan harta yang haram, wahai anak muda," balas ahli ibadah itu lagi.
Golongan keempat, ku lihat mayat yang jasadnya bertukar menjadi batu bulat yang hitam warnanya. Mengapa terjadi begitu, wahai tuan guru?"
Jawab ahli ibadah itu, "Wahai pemuda, itulah golongan manusia yang durhaka kepada kedua ibu bapanya sewaktu hayatnya. Sesungguhnya Allah s.w.t. sama sekali tidak ridho kepada manusia yang mendurhakai ibu bapanya."
Ku lihat ada pula mayat yang kukunya amat panjang, hingga membelit-belit seluruh tubuhnya dan keluar segala isi dari tubuhnya," sambung pemuda itu.
Anak muda, mereka itulah golongan yang gemar memutuskan silaturrahim. Semasa hidupnya mereka suka melakukan pertengkaran dan tidak bertegur sapa lebih daripada 3 hari.
Bukankah Rasulullah s.a.w.pernah bersabda,
Barang siapa yang tidak bertegur sapa melebihi 3 hari bukanlah termasuk dalam golongan umatku," jelas ahli ibadah tersebut.
Wahai guru, golongan yang keenam yang aku lihat, pada siang hari liang lahatnya kering kerontang. Tatkala malam ketika aku menggali semula kubur itu, ku lihat mayat tersebut terapung dan lahatnya dipenuhi air hitam yang amat busuk baunya,"
Wahai pemuda, itulah golongan yang memakan harta riba sewaktu hayatnya," jawab ahli ibadah tadi.
Wahai guru, golongan yang terakhir yang aku lihat, mayatnya sentiasa tersenyum dan berseri-seri pula wajahnya.
Mengapa demikian halnya wahai tuan guru?" tanya pemuda itu lagi. Jawab ahli ibadah tersebut, "Wahai pemuda, mereka itulah golongan manusia yang berilmu. Dan mereka beramal pula dengan ilmunya sewaktu hayat mereka.
Inilah golongan yang memperoleh keridhaan dan kemuliaan di sisi Allah s.w.t. baik sewaktu hayatnya mahupun sesudah matinya."
Ingatlah, sesungguhnya daripada Allah s.w.t kita datang dan kepadaNya jualah kita akan kembali.
Kita akan dipertanggungjawabk an atas setiap amal yang kita lakukan, hatta walaupun amalan sebesar zarah.