Qasidah Munajat Al Imam Al Quthb Habib Abdullah Al Haddad
Ya Rasulallah . . .
[Risalatul Murid, Sayyid Al-Imam Abdullah Al-Hadad.ra]
Awas ! jangan sekali-kali anda mentaati Syaikh itu lahiriyah semata, karena anda tahu bahwa Syaikh dapat melihat ketaatanmu padanya (dengan izin dan pertolongan- Nya). Sedang dibelakang dia, anda membantah dan mendurhakai karena sangkaanmu, anda sangka sang Syaikh tidak tahu kelakuanmu padanya. Kalau anda begitu akan mendapatkan kecelakaan dan kebinasaan.
[Risalatul Murid, Sayyid Al-Imam Abdullah Al-Hadad.ra]
Ketahuilah bahwa Syaikhmu sangat berat hati tentang apa-apa yang baik untukmu, dengan itu janganlah engkau menuduh dan menyangka bahwa dia menyimpan perasaan dengki dan cemburu terhadap dirimu, dan semoga dijauhkan Tuhan.
Timbulnya sesuatu perasaan dari sifat-sifat yang keji dari orang-orang yang bersedia dirinya menempuh jalan Allah Ta'ala dan menjadi pengikut-pengikutny a yang khusus. Awas anda jangan coba-coba menuntut agar Syaikhmu mengeluarkan kelebihan-kelebihan nya atau keramat – keramatnya.
Apalagi agar menyingkap rahasia hatimu, sebab yang ghaib tidak ada yang tahu kecuali Allah SWT, atas kelebihan-kelebihan seorang wali, hanya Allah saja yang dapat menyingkapkan baginya setengah dari yang ghaib pada waktu tertentu dan tidak selalu.
Barangkali anda ingin menguji Syaikhmu, lalu anda menuntut supaya Syaikh menyingkap rahasia-rahasia hatimu, pada lahirnya Syaikhmu tidak mau menyingkapnya namun bathinnya mungkin dapat mengetahui rahasia bathinmu dan dapat dengan mudah menyingkap yang ada dalam dirimu, hanya sayangnya ia tidak mau mengatakan-nya. Hal ini dikarenakan untuk memelihara rahasia murid, dan menutupi hal-hal rahasia hatimu, sebab tidak ada faedahnya dan membuat malu pada orang banyak. Sebab orang Ahlilah (orang-orang yang meyakinkan dirinya untuk mengabdi kepada Tuhan) Rodhi Allahuanhum sangat mengutamakan menutupi rahasia-rahasia dirinya, dan sangat jauh untuk menonjolkan dirinya dengan keramat-keramat atau perkara-perkara yang luar biasa. Kepada orang banyak, meskipun ia kuasa dan mampu untuk melakukan-nya serta diizinkan untuk melahirkannya.
Adapun masalah keramat yang timbul dari para Auliya hampir semuanya, bukan dari kehendak dirinya sendiri, bila keramat itu tampak dimuka orang banyak, mereka langsung menasehati agar tidak disiarkan kepada orang lain sampai ia wafat, baru boleh disiarkan. Pernah juga mereka menunjukkan keramat pada orang ramai dengan kehendak-nya, setelah mendapatkan izin dari Allah SWT. Apabila ia meyakini bahwa pentingnya menampakkan keramat dari menyembunyikannya.
Pada suatu saat ada seseorang hadir di majlis yang diadakan oleh Al-Habib Muhammad bin Idrus Alhabsyi ra. Orang tersebut pada waktu berlangsungnya qiro’ah sibuk bertasbih. Kemudian Al-Habib Muhammad menghentikan qiro’ah-nya dan menoleh kepada orang itu, lalu berkata,
“Kita berada dalam hal kebaikan atau keburukan?. Bila kami dalam hal kebaikan kenapa engkau tidak ikut bersama kami?. Sedangkan kalau kami dalam hal keburukan kenapa engkau tidak mencegah kami dari perbuatan buruk?. Jika engkau mengatakan bahwa engkau mendengar qiro’ah kami sambil bertasbih, maka tidaklah Allah menciptakan seseorang yang mempunyai dua hati.”
Orang tersebut merasa malu dan tidak dapat menjawab dengan sepatah katapun.
[Diambil dari kitab Al-Fawaaid Ad-Durriyyah Min Al-Anfaas Al-Haddaiyyah, Al-Habib Alwi bin Muhammad bin Thohir Al-haddad]
http://bisyarah.wordpress.com/2008/01/30/asyik-bertasbih-dalam-majlis/
“Kita berada dalam hal kebaikan atau keburukan?. Bila kami dalam hal kebaikan kenapa engkau tidak ikut bersama kami?. Sedangkan kalau kami dalam hal keburukan kenapa engkau tidak mencegah kami dari perbuatan buruk?. Jika engkau mengatakan bahwa engkau mendengar qiro’ah kami sambil bertasbih, maka tidaklah Allah menciptakan seseorang yang mempunyai dua hati.”
Orang tersebut merasa malu dan tidak dapat menjawab dengan sepatah katapun.
[Diambil dari kitab Al-Fawaaid Ad-Durriyyah Min Al-Anfaas Al-Haddaiyyah, Al-Habib Alwi bin Muhammad bin Thohir Al-haddad]
http://bisyarah.wordpress.com/2008/01/30/asyik-bertasbih-dalam-majlis/