Seorang murid yang sedang bersungguh-sungguh menundukkan nafsunya menghampiri gurunya dan berkata, "Guru, sudah berapa lama aku berusaha menundukkan nafsu liarku ini, namun selalu saja aku tergelincir dan kalah. Apa yang harus kulakukan?" Guru yang bijak ini tidak segera menjawab pertanyaan muridnya, namun mengajaknya pergi ke rumah orang kaya dan terkenal dengan kedermawanannya, di desa tempat mereka tinggal.
Ketika sampai di gerbang pintu rumah si kaya itu, tiba-tiba dua ekor anjing besar dan buas segera berlari sambil menggonggong dengan keras menghampiri mereka berdua yang berada di luar gerbang. Murid itu terperanjat dan takut, sambil memandangi gurunya penuh keheranan, karena belum menjawab pertanyaannya tadi.
“Apa yang harus kita lakukan untuk masuk ke rumah orang kaya ini, supaya kita dapat mencicipi kedermawanannya? Apakah kita lawan anjing buas miliknya ini?” Tanya guru. Sambil mengerenyitkan dahi keheranan dengan kenaifan gurunya pikirnya, ia menjawab, “Guru, bukankah lebih baik kita memanggil pemilik anjing ini agar menenangkan dua anjing buasnya, lalu kita dapat masuk ke rumahnya dan merasakan hidangannya?”
Sambil tersenyum guru itu berkata, “Bagus, kau telah menjawab pertanyaanmu tadi.”
Namun murid itu masih bingung, “Maksud guru?” tanyanya.
Guru bijak itu lalu menjelaskan, “Nafsumu ibarat anjing buas ini yang menghalangimu untuk mencicipi kedermawanan Tuhanmu. Jika engkau melawannya dengan kekuatanmu sendiri, maka kau akan hancur dan tak pernah sampai ke rumah Tuhanmu. Cara yang cepat dan aman untuk semua itu, panggillah Tuhanmu dan mintalah Dia menenangkan nafsu liarmu yang milik-Nya itu, agar kau dapat masuk ke hadirat-Nya.”
Ketika sampai di gerbang pintu rumah si kaya itu, tiba-tiba dua ekor anjing besar dan buas segera berlari sambil menggonggong dengan keras menghampiri mereka berdua yang berada di luar gerbang. Murid itu terperanjat dan takut, sambil memandangi gurunya penuh keheranan, karena belum menjawab pertanyaannya tadi.
“Apa yang harus kita lakukan untuk masuk ke rumah orang kaya ini, supaya kita dapat mencicipi kedermawanannya? Apakah kita lawan anjing buas miliknya ini?” Tanya guru. Sambil mengerenyitkan dahi keheranan dengan kenaifan gurunya pikirnya, ia menjawab, “Guru, bukankah lebih baik kita memanggil pemilik anjing ini agar menenangkan dua anjing buasnya, lalu kita dapat masuk ke rumahnya dan merasakan hidangannya?”
Sambil tersenyum guru itu berkata, “Bagus, kau telah menjawab pertanyaanmu tadi.”
Namun murid itu masih bingung, “Maksud guru?” tanyanya.
Guru bijak itu lalu menjelaskan, “Nafsumu ibarat anjing buas ini yang menghalangimu untuk mencicipi kedermawanan Tuhanmu. Jika engkau melawannya dengan kekuatanmu sendiri, maka kau akan hancur dan tak pernah sampai ke rumah Tuhanmu. Cara yang cepat dan aman untuk semua itu, panggillah Tuhanmu dan mintalah Dia menenangkan nafsu liarmu yang milik-Nya itu, agar kau dapat masuk ke hadirat-Nya.”
Posting Komentar