Qasidah Munajat Al Imam Al Quthb Habib Abdullah Al Haddad
Ya Rasulallah . . .
Shalat adalah ibadah terpenting bagi seorang muslim. Shalat
menjadi tolak ukur kesalehan seseorang. Bahkan shalat merupakan amal kunci bagi
segala amal lainnya. Meski demikian jarang sekali orang mengerti bahwa
masing-masing waktu shalat yang lima itu mengandung hikmah dan memiliki sejarah
masing-masing.
Shalat Subuh adalah shalat pertama kali yang dilakukan oleh Nabi Adam As. Dua
rakaat Subuh dijalankan oleh Nabi Adam di bumi setelah diturunkan dari surga.
Waktu itu pertama kalinya Nabi Adam melihat kegelapan. Begitu gelapnya sehingga
ia merasakan ketakutan yang amat sangat. Namun kemudian kegelapan itu secara
lamban mulai sirna mengusir rasa takut, dan perlahan terbitlah terang. Itulah
pergantian waktu malam menuju pagi. Oleh karenanya, dua rakaat Subuh
dilaksanakan sebagai rasa syukur atas sirnanya kegelapan pengharapan atas
datangnya kecerahan.
Nabi Ibrahim As adalah orang pertama yang melaksanakan shalat Dhuhur. Empat rakaat dhuhur dilaksanakan, ketika Allah menggantikan Ismail yang rencananya disembelih sebagai kurban dengan seekor domba. Ini terjadi tatkala siang, tatkala matahari bergeser sedikit dari titik tengahnya. Empat rekaat itu menunjukkan beberapa perasaan Nabi Ibrahim. Satu raka’at adalah penanda kesyukuran atas digantikannya Ismail. Satu reka’at karena kegembiraan, satu raka’at untuk mencari keridhaan Allah dan satu raka’at lagi sebagai rasa syukur atas domba pemberian Allah swt.
Kemudian riwayat shalat Ashar berhubungan erat dengan Nabi Yunus As. ketika diselamatkan oleh Allah dari perut ikan Hut. Hut adalah nama ikan yang menelan nabi Yunus mengarungi lautan. Dikisahkan bahwa bentuk ikan hut hampir menyerupai burung, namun tanpa sayap. Ketika di dalam perut hut itu Nabi Yunus As merasakan empat macam kegelapan, gelap karena kekhawatiran hasya, gelap di dalam air, gelap malam dan gelap di dalam perut ikan. Demikianlah Nabi Yunus As keluar ketika matahari mulai condong kebarat dan shalatlah beliau empat rekaat sebagai penanda tebebas dari empat macam kegelapan itu.
Sedangkan tiga rakaat shalat Maghrib mempunyai sejarahnya
sendiri yang tiak bisa dilepaskan dari nabi Isa As. ketika berhasil keluar dari
kaumnya di penghujung senja. Tiga rakaat sangat bermakna bagi Nabi Isa As. Satu
rakaat menandai perjuangan beliau menegakkan tauhid dan menafikan semua bentuk
sesembahan keculai Allah. Satu raka’at untuk menafikan hinaan dan tuduhan
kaumnya atas ibundanya yang melahirkannya tanpa ayah. Dan ini sekaligus
menunjukkan betapa ketuhanan itu hanya milik Allah semata yang Maha Kuasa,
inilah makna satu rekaat yang terakhir.
Dihilangkannya empat kesedihan yang menimpa Nabi Musa As. oleh Allah swt ketika meninggalkan kota Madyan menjadi sejarah ditetapkannya shalat Isya empat rekaat. Tercatat empat kesedihan itu berhubungan dengan istrinya, saudaranya yang bernama Harun, anak-anaknya, dan kesedihan karena kekuasaan Fir’aun. Dan ketika semua kesedihan itu diangkat oleh Allah swt di waktu malam, Nabi Musapun melaksanakan shalat empat rakaat sebagai rasa syukur atas segalanya.
Demikianlah semua hikmah yang melatar belakangi lima shalat fardhu yang diwajibkan kepada semua orang muslim hingga kini sesuai dengan tuntunan syariah.
Sumber : Syarah Sulamun Najah
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Posting Komentar