Qasidah Munajat Al Imam Al Quthb Habib Abdullah Al Haddad
Ya Rasulallah . . .
PENJELASAN MENGENAI TABARRUK ( MENGAMBIL BAROKAH ) KEPADA NABI, PARA WALI DAN PARA ULAMA".
-------------------------- -------------------------- --
Tabarruk dengan gambar sendal Nabi Saw :
--------------------------
Tabarruk dengan gambar sendal Nabi Saw :
- Membawa gambar bentuk sandal Rasulullah SAW atau meletakkannya diatas kopiah memiliki beberapa faidah diantaranya :
"terkabulkannya semua hajat, mempermudah berziarah ke makam Rasulullah saw dan bermimpi bertemu Rasulullah saw, menyembuhkan sakit, menghilangkan kesusahan, dan faidah faidah lainnya, itu semua jika didasari dgn keyakinan yg teguh dan rasa cinta yg kuat kpd baginda Rasulullah Saw" (as syekh yusuf an nabhani dalam sa'adah ad darain)"
- jika Allah SWT memerintahkan nabi Musa untuk melepaskan sandalnya ketika ia menginjakkan kakinya di wadi muqoddas :
"lepas kedua sandalmu wahai musa,kau berada di lembah yg suci"(Qs thoha 12),tapi tidak dengan bagida Rasul Saw, sandal beliau tetap menjadi saksi ketika beliau menghadap Allah SWT di sidratul muntaha
- betapa mulianya sebuah sandal yg bergantung pada Rasulullah saw, bagaimana dengan hati yang selalu bergantung dan mengingat Rasulullah Saw ?
Bentuk Tabaruk Kepada Baginda Nabi Muhammad Saw :
Banyak orang yang keliru memahami makna hakikat tabarruk dengan Nabi Muhammad saw, peninggalan-peninggalannya
saw, ahlulbaitnya saw dan para pewarisnya yakni para ulama, para kyai
dan para wali. Karena hakekat yang belum mereka pahami, mereka berani
menilai kafir ( sesat ) atau musyrik terhadap mereka yang bertabarruk
pada Nabi saw atau ulama.
Mengenai azimat ( Ruqyyat ) dengan huruf arab merupakan hal yg diperbolehkan, selama itu tidak menduakan Allah swt. Sebagaimana dijelaskan bahwa azimat dengan tulisan ayat atau doa disebutkan pd kitab Faidhulqadir Juz 3 hal 192, dan Tafsir Imam Qurtubi Juz 10 hal.316/317, dan masih banyak lagi penjelasan para Muhadditsin mengenai diperbolehkannya hal tersebut, karena itu semata mata adalah bertabarruk ( mengambil berkah ) dari ayat ayat Alqur’an.
Mengenai benda-benda keramat, maka ini perlu penjelasan yg sejelas jelasnya,
"Bahwa benda benda keramat itu tak bisa membawa manfaat atau mudharrat, namun mungkin saja digunakan Tabarrukan (mengambil berkah) dari pemiliknya dahulu, misalnya ia seorang yg sholeh". Maka sebagaimana diriwayatkan :
• Para sahabat seakan akan hampir saling bunuh saat berdesakan berebutan air bekas wudhunya Rasulullah saw (Shahih Bukhari Hadits no. 186)
• Allah swt menjelaskan bahwa ketika Ya’qub as dalam keadaan buta, lalu dilemparkanlah ke wajahnya pakaian Yusuf as, maka iapun melihat, sebagaimana Allah menceritakannya dalam firman Nya SWT :
“(berkata Yusuf as pada kakak kakaknya) PERGILAH KALIAN DENGAN BAJUKU INI, LALU LEMPARKAN KEWAJAH AYAHKU, MAKA IA AKAN SEMBUH DARI BUTANYA” (QS Yusuf 93),
Dan pula ayat : “MAKA KETIKA DATANG PADANYA KABAR GEMBIRA ITU, DAN DILEMPARKAN PADA WAJAHNYA (pakaian Yusuf as) MAKA IA (Ya’qub as) SEMBUH DARI KEBUTAANNYA” (QS Yusuf 96).
Ini merupakan dalil Alqur’an, bahwa benda/pakaian orang orang shalih dapat menjadi perantara kesembuhan dengan izin Allah tentunya, kita bertanya mengapa Allah sebutkan ayat sedemikian jelasnya?, apa perlunya menyebutkan sorban yusuf dg ucapannya :
PERGILAH KALIAN DENGAN BAJUKU INI, LALU LEMPARKAN KEWAJAH AYAHKU, MAKA IA AKAN SEMBUH DARI BUTANYA”.
Untuk apa disebutkan masalah baju yg dilemparkan kewajah ayahnya?, agar kita memahami bahwa Allah SWT memuliakan benda benda yg pernah bersentuhan dengan tubuh hamba hamba Nya yg shalih. kita akan lihat dalil dalil lainnya.
• Setelah Rasul saw wafat maka Asma binti Abubakar shiddiq ra menjadikan baju beliau saw sebagai pengobatan, bila ada yg sakit maka ia mencelupkan baju Rasul saw itu di air lalu air itu diminumkan pada yg sakit (shahih Muslim hadits no.2069).
• Rasul saw sendiri menjadikan air liur orang mukmin sebagai berkah untuk pengobatan, sebagaimana sabda beliau :
“Dengan Nama Allah atas tanah bumi kami, demi air liur sebagian dari kami, sembuhlah yg sakit pada kami, dg izin tuhan kami” ( shahih Bukhari hadits no.5413 ),
Ucapan beliau saw : “demi air liur sebagian dari kami”
menunjukkan bahwa air liur orang mukmin dapat menyembuhkan penyakit, dengan izin Allah swt tentunya, sebagaimana dokter pun dapat menyembuhkan, namun dengan izin Allah pula tentunya, hadits ini menjelaskan bahwa rasul saw bertabarruk dg air liur mukminin bahkan tanah bumi, menunjukkan bahwa pd hakikatnya seluruh alam ini membawa keberkahan dari Allah swt.
• seorang sahabat meminta Rasul saw shalat dirumahnya agar kemudian ia akan menjadikan bekas tempat shalat beliau saw itu mushollah dirumahnya, maka Rasul saw datang kerumah orang itu dan bertanya :
“dimana tempat yg kau inginkan aku shalat?”. Demikian para sahabat bertabarruk dengan bekas tempat shalatnya Rasul saw hingga dijadikan musholla ( Shahih Bukhari hadits no.1130 ).
• Nabi Musa as ketika akan wafat ia meminta didekatkan ke wilayah suci di palestina, menunjukkan bahwa Nabi Musa as ingin dimakamkan dg mengambil berkah pada tempat suci ( shahih Bukhari hadits no.1274 ).
• Allah memuji Nabi Saw dan Umar bin Khattab ra yg menjadikan Maqam Ibrahim as ( bukan makamnya, tetapi tempat ibrahim as berdiri dan berdoa di depan ka’bah yg dinamakan Maqam Ibrahim as ) sebagai tempat shalat ( musholla ), sebagaimana firman Nya :
“Dan mereka menjadikan tempat berdoanya Ibrahim sebagai tempat shalat” ( QS Al Imran 97 )
Maka jelaslah bahwa Allah swt memuliakan tempat hamba hamba Nya berdoa, bahkan Rasul saw pun bertabarruk dengan tempat berdoanya Nabi Ibrahim as, dan Allah memuji perbuatan itu.
• Diriwayatkan ketika Rasul saw barusaja mendapat hadiah selendang pakaian bagus dari seorang wanita tua, lalu datang pula orang lain yang segera memintanya selagi pakaian itu dipakai oleh Rasul saw, maka riuhlah para sahabat lainnya menegur si peminta, maka sahabat itu berkata :
“aku memintanya karena mengharapkan keberkahannya ketika dipakai oleh Nabi saw dan kuinginkan untuk kafanku nanti” (Shahih Bukhari hadits no.5689)
Demikian cintanya para sahabat pada Nabinya saw, sampai kain kafanpun mereka ingin yang bekas sentuhan tubuh Nabi Muhammad saw.
• Sayyidina Umar bin Khattab ra ketika ia telah dihadapan sakratulmaut, Yaitu sebuah serangan pedang yg merobek perutnya dengan luka yg sangat lebar, beliau tersungkur roboh dan mulai tersengal sengal beliau berkata kepada putranya (Abdullah bin Umar ra),
“Pergilah pada ummul mukminin, katakan padanya aku berkirim salam hormat padanya, dan kalau diperbolehkan aku ingin dimakamkan disebelah Makam Rasul saw dan Abubakar ra”, maka ketika Ummul mukminin telah mengizinkannya maka berkatalah Umar ra :
“Tidak ada yang lebih kupentingkan daripada mendapat tempat di pembaringan itu” (dimakamkan disamping makam Rasul saw” (Shahih Bukhari hadits no.1328).
Dihadapan Umar bin Khattab ra Kuburan Nabi saw mempunyai arti yg sangat Agung, hingga kuburannya pun ingin disebelah kuburan Nabi saw, bahkan ia berkata : “Tidak ada yang lebih kupentingkan daripada mendapat tempat di pembaringan itu”
• Demikian pula Abubakar shiddiq ra, yang saat Rasul saw wafat maka ia membuka kain penutup wajah Nabi saw lalu memeluknya dengan derai tangis seraya menciumi tubuh beliau saw dan berkata :
“Demi ayahku, dan engkau dan ibuku wahai Rasulullah.., Tiada akan Allah jadikan dua kematian atasmu, maka kematian yang telah dituliskan Allah untukmu kini telah kau lewati”. (Shahih Bukhari hadits no.1184, 4187).
• Salim bin Abdullah ra melakukan shalat sunnah di pinggir sebuah jalan, maka ketika ditanya ia berkata bahwa ayahku shalat sunnah ditempat ini, dan berkata ayahku bahwa Rasulullah saw shalat di tempat ini, dan dikatakan bahwa Ibn Umar ra pun melakukannya. (Shahih Bukhari hadits no.469).
Demikianlah keadaan para sahabat Rasul saw, bagi mereka tempat-tempat yang pernah disentuh oleh Tubuh Muhammad saw tetap mulia walau telah diinjak ribuan kaki, mereka mencari keberkahan dengan shalat pula ditempat itu, demikian pengagungan mereka terhadap sang Nabi saw.
• Dalam riwayat lainnnya dikatakan kepada Abu Muslim, wahai Abu Muslim, kulihat engkau selalu memaksakan shalat ditempat itu?, maka Abu Muslim ra berkata : Kulihat Rasul saw shalat ditempat ini” (Shahih Bukhari hadits no.480).
• Sebagaimana riwayat Sa’ib ra, : “aku diajak oleh bibiku kepada Rasul saw, seraya berkata : Wahai Rasulullah.., keponakanku sakit.., maka Rasul saw mengusap kepalaku dan mendoakan keberkahan padaku, lalu beliau berwudhu, lalu aku meminum air dari bekas wudhu beliau saw, lalu aku berdiri dibelakang beliau dan kulihat Tanda Kenabian beliau saw” (Shahih Muslim hadits no.2345).
• Riwayat lain ketika dikatakan pada Ubaidah ra bahwa kami memiliki rambut Rasul saw, maka ia berkata: “Kalau aku memiliki sehelai rambut beliau saw, maka itu lebih berharga bagiku dari dunia dan segala isinya” (Shahih Bukhari hadits no.168). demikianlah mulianya sehelai rambut Nabi saw dimata sahabat, lebih agung dari dunia dan segala isinya.
• Diriwayatkan oleh Abi Jahiifah dari ayahnya, bahwa para sahabat berebutan air bekas wudhu Rasul saw dan mengusap2kannya ke wajah dan kedua tangan mereka, dan mereka yang tak mendapatkannya maka mereka mengusap dari basahan tubuh sahabat lainnya yang sudah terkena bekas air wudhu Rasul saw lalu mengusapkan ke wajah dan tangan mereka” (Shahih Bukhari hadits no.369, demikian juga pada Shahih Bukhari hadits no.5521, dan pada Shahih Muslim hadits no.503 dengan riwayat yang banyak).
• Diriwayatkan ketika Anas bin malik ra dalam detik detik sakratulmaut ia yg memang telah menyimpan sebuah botol berisi keringat Rasul saw dan beberapa helai rambut Rasul saw, maka ketika ia hampir wafat ia berwasiat agar botol itu disertakan bersamanya dalam kafan dan hanut nya (shahih Bukhari hadits no.5925).
Tampaknya kalau mereka ini hidup di zaman sekarang, tentulah para sahabat ini sudah dikatakan musyrik, tentu Abubakar sudah dikatakan musyrik karena menangisi dan memeluk tubuh Rasul saw dan berbicara pada jenazah beliau saw, Tentunya umar bin khattab sudah dikatakan musyrik karena disakratulmaut bukan ingat Allah malah ingat kuburan Nabi saw, Tentunya para sahabat sudah dikatakan musyrik dan halal darahnya, karena mengkultuskan Nabi Muhammad saw dan menganggapnya tuhan sembahan hingga berebutan air bekas wudhunya, mirip dengan kaum nasrani yg berebutan air pastur!
Nah.. kita boleh menimbang diri kita, apakah kita sejalan dengan sahabat atau kita sejalan dengan generasi sempalan. Wahai saudaraku, jangan alergi dengan kalimat syirik, syirik itu adalah bagi orang yang berkeyakinan ada Tuhan Lain selain Allah, atau ada yang lebih kuat dari Allah, atau meyakini ada tuhan yang sama dengan Allah swt. Inilah makna syirik.
Sebagimana sabda Nabi saw : “Kebekahan adalah pada orang tua dan ulama kalian” (Shahih Ibn Hibban hadits no.559)
Dikatakan oleh Al hafidh Al Imam Jalaluddin Abdurrahman Assuyuthiy menanggapi hadits yg diriwayatkan dalam shahih muslim bahwa Rasul saw membaca mu’awwidzatain lalu meniupkannya ke kedua telapak tangannya, lalu mengusapkannya ke sekujur tubuh yg dapat disentuhnya, hal itu adalah tabarruk dg nafas dan air liur yg telah dilewati bacaan Alqur’an, sebagaimana tulisan dzikir dzikir yg ditulis dibejana (untuk obat). (Al Jami’usshaghiir Imam Assuyuthiy Juz 1 hal 84 hadits no.104)
Telah dibuktikan pula secara ilmiah oleh salah seorang Profesor Jepang, bahwa air itu berubah wujud bentuknya dg hanya diucapkan padanya kalimat kalimat tertentu, bila ucapan itu berupa cinta, terimakasih dan ucapan ucapan indah lainnya maka air itu berubah wujudnya menjadi semakin indah, bila diperdengarkan ucapan cacian dan buruk maka air itu berubah menjadi buruk wujud bentuknya, dan bila dituliskan padanya tulisan mulia dan indah seperti terimakasih, syair cinta dan tulisan indah lainnya maka ia menjadi semakin indah wujudnya, bila dituliskan padanya ucapan caci maki dan ucapan buruk lainnya maka ia berubah buruk wujudnya, kesimpulannya bahwa air itu berubah dengan perubahan emosi orang yg didekatnya, apakah berupa tulisan dan perkataan.
Keajaiban alamiah yg baru diketahui masa kini, sedangkan Rasul saw dan para sahabat telah memahaminya, mereka bertabarruk dengan air yg menyentuh tubuh Rasul saw, mereka bertabarruk dg air doa yg didoakan oleh Rasul saw, maka hanya mereka mereka kaum muslimin yg rendah pemahamannya dalam syariah inilah yg masih terus menentangnya padahal telah dibuktikan secara ilmiah, menunjukkan pemahaman mereka itulah yg jumud dan terbelakang.
Tabaruk Bukan Bid`ah.
-------------------------- --------
Suatu ketika Sayyid ‘Alawi bin Abbas al-Maliki Al Hasani Ra,duduk dalam halaqahnya di Masjidil Haram. Dan di lain sudut, duduk pula Syaikh ‘Abdur Rahman as-Sa’di, pengarang sebuah kitab tafsir. Banyak pula orang yang sedang sholat dan bertawaf. Cuaca saat itu langit awan mendung sedang berarak. Kemudian hujan pun turun. Air hujan yang turun di atas Ka’bah mengalir keluar melalui saluran mizab [pancuran emas]. Kemudian jamaah yang duduk di halaqahnya Sayyid ‘Alawi al-Maliki banyak yang bergegas ke bawah mizab tersebut untuk mendapatkan air daripadanya. Lalu mereka membasahkan baju dan badan mereka dengannya sebagai mengambil berkah daripadanya.
Melihat hal itu, sekumpulan “Orang Badui” mencegah mereka karena menyangka melakukan perbuatan itu adalah syirik. Kata mereka: “Jangan, wahai orang-orang musyrik. Itu Syirik! Itu Syirik!”.
Lalu semua orang pun beredar dan menuju ke halaqah Sayyid ‘Alawi Al-Maliki. Mereka menanyakan tentang perkara tersebut pada beliau, dan jawaban dari Sayyid ‘Alawi Al-Maliki malah menganjurkannya sebab disitu ada keberkahan. Kemudian jamaah tadi pun pergi kembali ke mizab tersebut.
“Orang-orang badui” tadi pergi kepada halaqah Syaikh ‘Abdur Rahman dan mengadu kepadanya. Lantas beliau pun bangun dan pergi bertemu dengan Sayyid ‘Alawi. Maka berkumpul lah jamaah dari kedua kubu kepada dua orang ulama tersebut.
Kata Syaikh ‘Abdur Rahman: “Benarkah Anda mengatakan kepada orang-orang bahwa dalam air hujan tersebut ada berkah?”
Jawab Sayyid ‘Alawi Al-Maliki: “Benar sekali. Bahkan, ada dua barokah..
Balas Syaikh ‘Abdur Rahman: “Bagaimana bisa demikian?”
Jawab Sayyid ‘Alawi Al-Maliki lagi:
“Sebab Allah SWT telah berfirman dalam kitab-Nya mengenai hujan : (ونزلنا من السماء ما ء مباركا) – Dan Kami turunkan daripada langit air yang diberkati, [Surat Qaaf: 9] – dan mengenai Ka’bah pula sebagaimana Allah SWT berfirman : (إن أول بيت وضع للناس للذي ببكة مباركا) Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di (Makkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia [Surat Ali ‘Imran: 96] -. Maka sekarang terkumpul dua barokah; yaitu barakah dari air hujan dan barakah baitullah ini.”
Mendengar itu, Syaikh ‘Abdur Rahman merasa takjub:
“Subhanallah! Bagaimana kami lupa akan hal ini? Lalu beliau pun berterima kasih kepada Sayyid ‘Alawi Al-Maliki dan meminta izin untuk keluar.”
Kemudian kata Sayyid ‘Alawi Al-Maliki:
“Nanti dulu, wahai Syaikh, tidakkah kamu lihat ‘orang-orang badui’ itu menyangka bahwa apa yang dibuat oleh banyak orang itu sebagai syirik? Mereka tidak berhenti mengkafirkan orang dan melontar mereka dengan tuduhan syirik, sehingga melihat orang yang seumpama Anda yang dapat mecnegah mereka. Pergilah ke mizab dan ambil air hujan tersebut di hadapan mereka agar mereka membiarkan orang-orang mengambilnya.”
Kemudian Syaikh ‘Abdur Rahman pun pergi ke mizab dan mengambil sendiri air hujan itu sebagai mengambil berkah.
Lihatlah Syeikhnya Orang-orang Badui Wahabi juga melakukan tabarruk, mengambil keberkahan dari air hujan dan baitullah kab’bah. Lalu bagaimana pula dengan sikap Orang-orang Badui Salafy Wahabi masa kini yang mengharamkan tabarruk? Menganggap musyrik orang yang bertabarruk. Kalaupun ada yang membolehkan tabarruk, membolehkannya hanya pada orang hidup saja.
* Catatan:
- Sayyid Alawi bin Abbas Al-Maliki adalah ayah dari Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki.
- Syaikh Abdur-Rahman bin Nashir bin Abdillah Alu Sa’di Tamimi Al Hambali diilahirkan di kota ‘Unaizah, Qashim sebuah daerah di Najd, Arab Saudi, pada tahun 1307H. Beliau wafat pada waktu fajar, hari Khamis, 23 Jumadil Akhirah 1376H. Diantara murid-murid beliau adalah Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin ; Syaikh Sulaiman bin Ibrahim al-Bassam; Syaikh Muhammad bin Abdul ‘Aziz al-Mathu’; Syaikh Abdullah bin Abdur-Rahman al-Bassam; Syaikh Muhammad al-Manshur az-Zamil; Syaikh Ali bin Muhammad az-Zamil;; Syaikh Abdullah bin Abdul-Aziz bin ‘Aqil; Syaikh Abdullah al-Muhammad al-‘Auhali dan Syaikh Abdullah bin Hasan Alu Buraikan.
"terkabulkannya semua hajat, mempermudah berziarah ke makam Rasulullah saw dan bermimpi bertemu Rasulullah saw, menyembuhkan sakit, menghilangkan kesusahan, dan faidah faidah lainnya, itu semua jika didasari dgn keyakinan yg teguh dan rasa cinta yg kuat kpd baginda Rasulullah Saw" (as syekh yusuf an nabhani dalam sa'adah ad darain)"
- jika Allah SWT memerintahkan nabi Musa untuk melepaskan sandalnya ketika ia menginjakkan kakinya di wadi muqoddas :
"lepas kedua sandalmu wahai musa,kau berada di lembah yg suci"(Qs thoha 12),tapi tidak dengan bagida Rasul Saw, sandal beliau tetap menjadi saksi ketika beliau menghadap Allah SWT di sidratul muntaha
- betapa mulianya sebuah sandal yg bergantung pada Rasulullah saw, bagaimana dengan hati yang selalu bergantung dan mengingat Rasulullah Saw ?
Bentuk Tabaruk Kepada Baginda Nabi Muhammad Saw :
Banyak orang yang keliru memahami makna hakikat tabarruk dengan Nabi Muhammad saw, peninggalan-peninggalannya
Mengenai azimat ( Ruqyyat ) dengan huruf arab merupakan hal yg diperbolehkan, selama itu tidak menduakan Allah swt. Sebagaimana dijelaskan bahwa azimat dengan tulisan ayat atau doa disebutkan pd kitab Faidhulqadir Juz 3 hal 192, dan Tafsir Imam Qurtubi Juz 10 hal.316/317, dan masih banyak lagi penjelasan para Muhadditsin mengenai diperbolehkannya hal tersebut, karena itu semata mata adalah bertabarruk ( mengambil berkah ) dari ayat ayat Alqur’an.
Mengenai benda-benda keramat, maka ini perlu penjelasan yg sejelas jelasnya,
"Bahwa benda benda keramat itu tak bisa membawa manfaat atau mudharrat, namun mungkin saja digunakan Tabarrukan (mengambil berkah) dari pemiliknya dahulu, misalnya ia seorang yg sholeh". Maka sebagaimana diriwayatkan :
• Para sahabat seakan akan hampir saling bunuh saat berdesakan berebutan air bekas wudhunya Rasulullah saw (Shahih Bukhari Hadits no. 186)
• Allah swt menjelaskan bahwa ketika Ya’qub as dalam keadaan buta, lalu dilemparkanlah ke wajahnya pakaian Yusuf as, maka iapun melihat, sebagaimana Allah menceritakannya dalam firman Nya SWT :
“(berkata Yusuf as pada kakak kakaknya) PERGILAH KALIAN DENGAN BAJUKU INI, LALU LEMPARKAN KEWAJAH AYAHKU, MAKA IA AKAN SEMBUH DARI BUTANYA” (QS Yusuf 93),
Dan pula ayat : “MAKA KETIKA DATANG PADANYA KABAR GEMBIRA ITU, DAN DILEMPARKAN PADA WAJAHNYA (pakaian Yusuf as) MAKA IA (Ya’qub as) SEMBUH DARI KEBUTAANNYA” (QS Yusuf 96).
Ini merupakan dalil Alqur’an, bahwa benda/pakaian orang orang shalih dapat menjadi perantara kesembuhan dengan izin Allah tentunya, kita bertanya mengapa Allah sebutkan ayat sedemikian jelasnya?, apa perlunya menyebutkan sorban yusuf dg ucapannya :
PERGILAH KALIAN DENGAN BAJUKU INI, LALU LEMPARKAN KEWAJAH AYAHKU, MAKA IA AKAN SEMBUH DARI BUTANYA”.
Untuk apa disebutkan masalah baju yg dilemparkan kewajah ayahnya?, agar kita memahami bahwa Allah SWT memuliakan benda benda yg pernah bersentuhan dengan tubuh hamba hamba Nya yg shalih. kita akan lihat dalil dalil lainnya.
• Setelah Rasul saw wafat maka Asma binti Abubakar shiddiq ra menjadikan baju beliau saw sebagai pengobatan, bila ada yg sakit maka ia mencelupkan baju Rasul saw itu di air lalu air itu diminumkan pada yg sakit (shahih Muslim hadits no.2069).
• Rasul saw sendiri menjadikan air liur orang mukmin sebagai berkah untuk pengobatan, sebagaimana sabda beliau :
“Dengan Nama Allah atas tanah bumi kami, demi air liur sebagian dari kami, sembuhlah yg sakit pada kami, dg izin tuhan kami” ( shahih Bukhari hadits no.5413 ),
Ucapan beliau saw : “demi air liur sebagian dari kami”
menunjukkan bahwa air liur orang mukmin dapat menyembuhkan penyakit, dengan izin Allah swt tentunya, sebagaimana dokter pun dapat menyembuhkan, namun dengan izin Allah pula tentunya, hadits ini menjelaskan bahwa rasul saw bertabarruk dg air liur mukminin bahkan tanah bumi, menunjukkan bahwa pd hakikatnya seluruh alam ini membawa keberkahan dari Allah swt.
• seorang sahabat meminta Rasul saw shalat dirumahnya agar kemudian ia akan menjadikan bekas tempat shalat beliau saw itu mushollah dirumahnya, maka Rasul saw datang kerumah orang itu dan bertanya :
“dimana tempat yg kau inginkan aku shalat?”. Demikian para sahabat bertabarruk dengan bekas tempat shalatnya Rasul saw hingga dijadikan musholla ( Shahih Bukhari hadits no.1130 ).
• Nabi Musa as ketika akan wafat ia meminta didekatkan ke wilayah suci di palestina, menunjukkan bahwa Nabi Musa as ingin dimakamkan dg mengambil berkah pada tempat suci ( shahih Bukhari hadits no.1274 ).
• Allah memuji Nabi Saw dan Umar bin Khattab ra yg menjadikan Maqam Ibrahim as ( bukan makamnya, tetapi tempat ibrahim as berdiri dan berdoa di depan ka’bah yg dinamakan Maqam Ibrahim as ) sebagai tempat shalat ( musholla ), sebagaimana firman Nya :
“Dan mereka menjadikan tempat berdoanya Ibrahim sebagai tempat shalat” ( QS Al Imran 97 )
Maka jelaslah bahwa Allah swt memuliakan tempat hamba hamba Nya berdoa, bahkan Rasul saw pun bertabarruk dengan tempat berdoanya Nabi Ibrahim as, dan Allah memuji perbuatan itu.
• Diriwayatkan ketika Rasul saw barusaja mendapat hadiah selendang pakaian bagus dari seorang wanita tua, lalu datang pula orang lain yang segera memintanya selagi pakaian itu dipakai oleh Rasul saw, maka riuhlah para sahabat lainnya menegur si peminta, maka sahabat itu berkata :
“aku memintanya karena mengharapkan keberkahannya ketika dipakai oleh Nabi saw dan kuinginkan untuk kafanku nanti” (Shahih Bukhari hadits no.5689)
Demikian cintanya para sahabat pada Nabinya saw, sampai kain kafanpun mereka ingin yang bekas sentuhan tubuh Nabi Muhammad saw.
• Sayyidina Umar bin Khattab ra ketika ia telah dihadapan sakratulmaut, Yaitu sebuah serangan pedang yg merobek perutnya dengan luka yg sangat lebar, beliau tersungkur roboh dan mulai tersengal sengal beliau berkata kepada putranya (Abdullah bin Umar ra),
“Pergilah pada ummul mukminin, katakan padanya aku berkirim salam hormat padanya, dan kalau diperbolehkan aku ingin dimakamkan disebelah Makam Rasul saw dan Abubakar ra”, maka ketika Ummul mukminin telah mengizinkannya maka berkatalah Umar ra :
“Tidak ada yang lebih kupentingkan daripada mendapat tempat di pembaringan itu” (dimakamkan disamping makam Rasul saw” (Shahih Bukhari hadits no.1328).
Dihadapan Umar bin Khattab ra Kuburan Nabi saw mempunyai arti yg sangat Agung, hingga kuburannya pun ingin disebelah kuburan Nabi saw, bahkan ia berkata : “Tidak ada yang lebih kupentingkan daripada mendapat tempat di pembaringan itu”
• Demikian pula Abubakar shiddiq ra, yang saat Rasul saw wafat maka ia membuka kain penutup wajah Nabi saw lalu memeluknya dengan derai tangis seraya menciumi tubuh beliau saw dan berkata :
“Demi ayahku, dan engkau dan ibuku wahai Rasulullah.., Tiada akan Allah jadikan dua kematian atasmu, maka kematian yang telah dituliskan Allah untukmu kini telah kau lewati”. (Shahih Bukhari hadits no.1184, 4187).
• Salim bin Abdullah ra melakukan shalat sunnah di pinggir sebuah jalan, maka ketika ditanya ia berkata bahwa ayahku shalat sunnah ditempat ini, dan berkata ayahku bahwa Rasulullah saw shalat di tempat ini, dan dikatakan bahwa Ibn Umar ra pun melakukannya. (Shahih Bukhari hadits no.469).
Demikianlah keadaan para sahabat Rasul saw, bagi mereka tempat-tempat yang pernah disentuh oleh Tubuh Muhammad saw tetap mulia walau telah diinjak ribuan kaki, mereka mencari keberkahan dengan shalat pula ditempat itu, demikian pengagungan mereka terhadap sang Nabi saw.
• Dalam riwayat lainnnya dikatakan kepada Abu Muslim, wahai Abu Muslim, kulihat engkau selalu memaksakan shalat ditempat itu?, maka Abu Muslim ra berkata : Kulihat Rasul saw shalat ditempat ini” (Shahih Bukhari hadits no.480).
• Sebagaimana riwayat Sa’ib ra, : “aku diajak oleh bibiku kepada Rasul saw, seraya berkata : Wahai Rasulullah.., keponakanku sakit.., maka Rasul saw mengusap kepalaku dan mendoakan keberkahan padaku, lalu beliau berwudhu, lalu aku meminum air dari bekas wudhu beliau saw, lalu aku berdiri dibelakang beliau dan kulihat Tanda Kenabian beliau saw” (Shahih Muslim hadits no.2345).
• Riwayat lain ketika dikatakan pada Ubaidah ra bahwa kami memiliki rambut Rasul saw, maka ia berkata: “Kalau aku memiliki sehelai rambut beliau saw, maka itu lebih berharga bagiku dari dunia dan segala isinya” (Shahih Bukhari hadits no.168). demikianlah mulianya sehelai rambut Nabi saw dimata sahabat, lebih agung dari dunia dan segala isinya.
• Diriwayatkan oleh Abi Jahiifah dari ayahnya, bahwa para sahabat berebutan air bekas wudhu Rasul saw dan mengusap2kannya ke wajah dan kedua tangan mereka, dan mereka yang tak mendapatkannya maka mereka mengusap dari basahan tubuh sahabat lainnya yang sudah terkena bekas air wudhu Rasul saw lalu mengusapkan ke wajah dan tangan mereka” (Shahih Bukhari hadits no.369, demikian juga pada Shahih Bukhari hadits no.5521, dan pada Shahih Muslim hadits no.503 dengan riwayat yang banyak).
• Diriwayatkan ketika Anas bin malik ra dalam detik detik sakratulmaut ia yg memang telah menyimpan sebuah botol berisi keringat Rasul saw dan beberapa helai rambut Rasul saw, maka ketika ia hampir wafat ia berwasiat agar botol itu disertakan bersamanya dalam kafan dan hanut nya (shahih Bukhari hadits no.5925).
Tampaknya kalau mereka ini hidup di zaman sekarang, tentulah para sahabat ini sudah dikatakan musyrik, tentu Abubakar sudah dikatakan musyrik karena menangisi dan memeluk tubuh Rasul saw dan berbicara pada jenazah beliau saw, Tentunya umar bin khattab sudah dikatakan musyrik karena disakratulmaut bukan ingat Allah malah ingat kuburan Nabi saw, Tentunya para sahabat sudah dikatakan musyrik dan halal darahnya, karena mengkultuskan Nabi Muhammad saw dan menganggapnya tuhan sembahan hingga berebutan air bekas wudhunya, mirip dengan kaum nasrani yg berebutan air pastur!
Nah.. kita boleh menimbang diri kita, apakah kita sejalan dengan sahabat atau kita sejalan dengan generasi sempalan. Wahai saudaraku, jangan alergi dengan kalimat syirik, syirik itu adalah bagi orang yang berkeyakinan ada Tuhan Lain selain Allah, atau ada yang lebih kuat dari Allah, atau meyakini ada tuhan yang sama dengan Allah swt. Inilah makna syirik.
Sebagimana sabda Nabi saw : “Kebekahan adalah pada orang tua dan ulama kalian” (Shahih Ibn Hibban hadits no.559)
Dikatakan oleh Al hafidh Al Imam Jalaluddin Abdurrahman Assuyuthiy menanggapi hadits yg diriwayatkan dalam shahih muslim bahwa Rasul saw membaca mu’awwidzatain lalu meniupkannya ke kedua telapak tangannya, lalu mengusapkannya ke sekujur tubuh yg dapat disentuhnya, hal itu adalah tabarruk dg nafas dan air liur yg telah dilewati bacaan Alqur’an, sebagaimana tulisan dzikir dzikir yg ditulis dibejana (untuk obat). (Al Jami’usshaghiir Imam Assuyuthiy Juz 1 hal 84 hadits no.104)
Telah dibuktikan pula secara ilmiah oleh salah seorang Profesor Jepang, bahwa air itu berubah wujud bentuknya dg hanya diucapkan padanya kalimat kalimat tertentu, bila ucapan itu berupa cinta, terimakasih dan ucapan ucapan indah lainnya maka air itu berubah wujudnya menjadi semakin indah, bila diperdengarkan ucapan cacian dan buruk maka air itu berubah menjadi buruk wujud bentuknya, dan bila dituliskan padanya tulisan mulia dan indah seperti terimakasih, syair cinta dan tulisan indah lainnya maka ia menjadi semakin indah wujudnya, bila dituliskan padanya ucapan caci maki dan ucapan buruk lainnya maka ia berubah buruk wujudnya, kesimpulannya bahwa air itu berubah dengan perubahan emosi orang yg didekatnya, apakah berupa tulisan dan perkataan.
Keajaiban alamiah yg baru diketahui masa kini, sedangkan Rasul saw dan para sahabat telah memahaminya, mereka bertabarruk dengan air yg menyentuh tubuh Rasul saw, mereka bertabarruk dg air doa yg didoakan oleh Rasul saw, maka hanya mereka mereka kaum muslimin yg rendah pemahamannya dalam syariah inilah yg masih terus menentangnya padahal telah dibuktikan secara ilmiah, menunjukkan pemahaman mereka itulah yg jumud dan terbelakang.
Tabaruk Bukan Bid`ah.
--------------------------
Suatu ketika Sayyid ‘Alawi bin Abbas al-Maliki Al Hasani Ra,duduk dalam halaqahnya di Masjidil Haram. Dan di lain sudut, duduk pula Syaikh ‘Abdur Rahman as-Sa’di, pengarang sebuah kitab tafsir. Banyak pula orang yang sedang sholat dan bertawaf. Cuaca saat itu langit awan mendung sedang berarak. Kemudian hujan pun turun. Air hujan yang turun di atas Ka’bah mengalir keluar melalui saluran mizab [pancuran emas]. Kemudian jamaah yang duduk di halaqahnya Sayyid ‘Alawi al-Maliki banyak yang bergegas ke bawah mizab tersebut untuk mendapatkan air daripadanya. Lalu mereka membasahkan baju dan badan mereka dengannya sebagai mengambil berkah daripadanya.
Melihat hal itu, sekumpulan “Orang Badui” mencegah mereka karena menyangka melakukan perbuatan itu adalah syirik. Kata mereka: “Jangan, wahai orang-orang musyrik. Itu Syirik! Itu Syirik!”.
Lalu semua orang pun beredar dan menuju ke halaqah Sayyid ‘Alawi Al-Maliki. Mereka menanyakan tentang perkara tersebut pada beliau, dan jawaban dari Sayyid ‘Alawi Al-Maliki malah menganjurkannya sebab disitu ada keberkahan. Kemudian jamaah tadi pun pergi kembali ke mizab tersebut.
“Orang-orang badui” tadi pergi kepada halaqah Syaikh ‘Abdur Rahman dan mengadu kepadanya. Lantas beliau pun bangun dan pergi bertemu dengan Sayyid ‘Alawi. Maka berkumpul lah jamaah dari kedua kubu kepada dua orang ulama tersebut.
Kata Syaikh ‘Abdur Rahman: “Benarkah Anda mengatakan kepada orang-orang bahwa dalam air hujan tersebut ada berkah?”
Jawab Sayyid ‘Alawi Al-Maliki: “Benar sekali. Bahkan, ada dua barokah..
Balas Syaikh ‘Abdur Rahman: “Bagaimana bisa demikian?”
Jawab Sayyid ‘Alawi Al-Maliki lagi:
“Sebab Allah SWT telah berfirman dalam kitab-Nya mengenai hujan : (ونزلنا من السماء ما ء مباركا) – Dan Kami turunkan daripada langit air yang diberkati, [Surat Qaaf: 9] – dan mengenai Ka’bah pula sebagaimana Allah SWT berfirman : (إن أول بيت وضع للناس للذي ببكة مباركا) Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di (Makkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia [Surat Ali ‘Imran: 96] -. Maka sekarang terkumpul dua barokah; yaitu barakah dari air hujan dan barakah baitullah ini.”
Mendengar itu, Syaikh ‘Abdur Rahman merasa takjub:
“Subhanallah! Bagaimana kami lupa akan hal ini? Lalu beliau pun berterima kasih kepada Sayyid ‘Alawi Al-Maliki dan meminta izin untuk keluar.”
Kemudian kata Sayyid ‘Alawi Al-Maliki:
“Nanti dulu, wahai Syaikh, tidakkah kamu lihat ‘orang-orang badui’ itu menyangka bahwa apa yang dibuat oleh banyak orang itu sebagai syirik? Mereka tidak berhenti mengkafirkan orang dan melontar mereka dengan tuduhan syirik, sehingga melihat orang yang seumpama Anda yang dapat mecnegah mereka. Pergilah ke mizab dan ambil air hujan tersebut di hadapan mereka agar mereka membiarkan orang-orang mengambilnya.”
Kemudian Syaikh ‘Abdur Rahman pun pergi ke mizab dan mengambil sendiri air hujan itu sebagai mengambil berkah.
Lihatlah Syeikhnya Orang-orang Badui Wahabi juga melakukan tabarruk, mengambil keberkahan dari air hujan dan baitullah kab’bah. Lalu bagaimana pula dengan sikap Orang-orang Badui Salafy Wahabi masa kini yang mengharamkan tabarruk? Menganggap musyrik orang yang bertabarruk. Kalaupun ada yang membolehkan tabarruk, membolehkannya hanya pada orang hidup saja.
* Catatan:
- Sayyid Alawi bin Abbas Al-Maliki adalah ayah dari Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki.
- Syaikh Abdur-Rahman bin Nashir bin Abdillah Alu Sa’di Tamimi Al Hambali diilahirkan di kota ‘Unaizah, Qashim sebuah daerah di Najd, Arab Saudi, pada tahun 1307H. Beliau wafat pada waktu fajar, hari Khamis, 23 Jumadil Akhirah 1376H. Diantara murid-murid beliau adalah Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin ; Syaikh Sulaiman bin Ibrahim al-Bassam; Syaikh Muhammad bin Abdul ‘Aziz al-Mathu’; Syaikh Abdullah bin Abdur-Rahman al-Bassam; Syaikh Muhammad al-Manshur az-Zamil; Syaikh Ali bin Muhammad az-Zamil;; Syaikh Abdullah bin Abdul-Aziz bin ‘Aqil; Syaikh Abdullah al-Muhammad al-‘Auhali dan Syaikh Abdullah bin Hasan Alu Buraikan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Posting Komentar