Qasidah Munajat Al Imam Al Quthb Habib Abdullah Al Haddad
Ya Rasulallah . . .
KAROMAH SULTHONUL DAROJATIL AULIYA’ SYAIKH ABU HASAN ASY SYADZILI
SAYYID ABU HASAN ASYADILI RA..
( THORIQOH SYADILIYYAH ).
KAROMAH AULIYA’ SYAIKH ABU HASAN ASY SYADZILI RA
Asy-Syadzili berkulit sawo matang, berbadan kurus, perawakannya tinggi, pipinya tipis, jari-jari kedua tangannya panjang, dan lidahnya fasih serta perkataannya baik.[1] Dia tidak terlalu membatasi diri dalam makan dan minum. Dia selalu mengenakan pakaian yang indah setiap kali memasuki masjid. Dia tidak pernah terlihat memakai baju-baju bertambalan sebagaimana yang dipakai oleh sebagian sufi, bahkan selalu mengenakan pakaian bagus. Dia menyukai kuda, memelihara, dan menungganginya. Dia selalu menasihatkan untuk bersikap moderat.[1]
SAYYID ABU HASAN ASYADILI RA..
( THORIQOH SYADILIYYAH ).
KAROMAH AULIYA’ SYAIKH ABU HASAN ASY SYADZILI RA
Abul Hasan Asy-Syadzili (bahasa Arab: أبو الحسن الشاذلي) (lahir
Ghumarah, Maroko, 1197 - wafat Humaitsara, Mesir, 1258) adalah pendiri
Tarekat Syadziliyah yang merupakan salah satu tarekat sufi terkemuka di
dunia. Ia dipercayai oleh para pengikutnya sebagai salah seorang
keturunan Nabi Muhammad, yang lahir di desa Ghumarah, dekat kota Sabtah,
daerah Maghreb (sekarang termasuk wilayah Maroko, Afrika Utara) pada
tahun 593 H/1197 M.
Sulthonul Auliya’ Syaikh Abul Hasan Asy
Syadzili ra adalah seorang yang dianugerahi karomah yang sangat banyak,
tidak ada yang bisa menghitung karomahnya kecuali Allah SWT. Dan
sebagian dari karomah beliau antara lain adalah :
1.Allah SWt
menganugerahkan kepada beliau kunci seluruh Asma-Asma, sehingga
seandainya seluruh manusia dan jin menjadi penulis beliau (untuk menulis
ilmu-ilmu beliau) mereka akan lelah dan letih, sedangkan ilmu beliau
belum habis.
2.Beliau adalah sangat terpuji akhlaqnya, sifat
mudah menolong dan kedermawanannya dari sejak usia anak-anak sampai
ketika umur enam tahun telah mengenyangkan orang-orang yang kelaparan
pada penduduk Negara Tunisia dengan uang yang berasal dari alam ghoib
(uang pemberian Allah secara langsung kepada beliau.
3.Beliau
didatangi Nabiyulloh Khidir as untuk menetapkan “wilayatul adzimah”
kepada beliau (menjadi seorang wali yang mempunyai kedudukan tinggi)
ketika beliau baru berusia enam tahun.
4.Beliau bisa mengetahui batin isi hati manusia
5.Beliau pernah berbicara dengan malaikat dihadapan murid-muridnya
6.Beliau menjaga murid-muridnya meskipun di tempat yang jauh
7.Beliau mampu memperlihatkan/menampakkan ka’bah dari negara Mesir
8.Beliau tidak pernah putus melihat/menjumpai Lailatul Qodar semenjak
usia baligh hingga wafatnya beliau. Sehingga beliau berkata : Apabila
Awal Puasa ramadhan jatuh pada hari Ahad maka Lailatul Qodarnya jatuh
pada malam 29, Awal Puasa pada hari Senin Lailatul Qodarnya malam 21,
Awal puasa pada hari Selasa Lailatul Qodarnya malam 27, Awal puasa pada
hari Rabu Lailatul Qodarnya malam 19, awal puasa pada hari Kamis
Lailatul Qodarnya malam 25, awal puasa pada hari jum’at maka Lailatul
Qodarnya pada malam 17, sedangkan bila awal puasa pada hari Sabtu maka
Lailatul Qodarnya jatuh pada malam 23
9.Barang siapa yang
meninggal dan dikubur sama dengan hari meninggal dan dikuburkannya
beliau, maka Allah akan mengampuni seluruh dosanya
10.Doa Beliau Mustajabah (dikabulkan oleh Allah SWT)
11.Beliau tidak pernah terhalang sekejap mata pandangannya dari
Rasulullah saw selama 40 tahun (artinya beliau selalu berjumpa dengan
Rasulullah selama 40 tahun)
12.Beliau dibukakan (oleh Allah) bisa
melihat lembaran buku murid-murid yang masuk kedalam thoriqohnya,
padahal lebar bukunya tersebut berukuran sejauh mata memandang. Hal ini
berlaku bagi orang yang langsung baiat kepada beliau dan juga bagi orang
sesudah masa beliau sampai dengan akhir zaman. Dan seluruh
murid-muridnya (pengikut thoriqohnya) diberi karunia bebas dari neraka.
Syaikh Abul Hasan Asy Syadzili ra sungguh telah digembirakan diberi
karunia, barang siapa yang melihat beliau dengan rasa cinta dan rasa
hormat tidak akan mendapatkan celaka.
13.Beliau menjadi sebab keselamatan murid-muridnya/pengikutnya (akan memberikan syafaat di akhirat)
14.Beliau berdo’a kepada Allah SWT, agar menjadikan tiap-tiap wali
Qutub sesudah beliau sampai akhir zaman diambil dari golongan
thoriqohnya. Dan Allah telah mengabulkan Do’a beliau tersebut. Maka dari
itu wali Qutub sesudah masa beliau sampai akhir zaman diambil dari
golongan pengikut beliau.
15.Syaikh Abul Abbas Al Mursi ra
berkata : “Apabila Allah SWT menurunkan bala/bencana yang bersifat umum
maka pengikut thoriqoh syadziliyah akan selamat dari bencana tersebut
sebab karomah syaikh Abul Hasan Asy Syadzili ra”.
16.Syaikh
Syamsudin Al-Hanafi ra mengatakan bahwa pengikut thoriqoh syadziliyah
dikaruniai kemulyaan tiga macam yang tidak diberikan pada golongan
thoriqoh yang lainnya :
a. Pengikut thoriqoh Syadziliyah telah dipilih di lauhil mahfudz
b. Pengikut thgoriqoh syadziliyah apabila jadzab/majdub akan cepat kembali seperti sedia kala.
c. Seluruh Wali Qutub yang diangkat sesudah masa syaikh Abul Hasan Asy Syadzili ra akan diambil dari golongan ahli thoriqoh Sadziliyah.
b. Pengikut thgoriqoh syadziliyah apabila jadzab/majdub akan cepat kembali seperti sedia kala.
c. Seluruh Wali Qutub yang diangkat sesudah masa syaikh Abul Hasan Asy Syadzili ra akan diambil dari golongan ahli thoriqoh Sadziliyah.
17.Apabila beliau mengasuh/mengajar murid-muridnya sebentar saja, sudah akan terbuka hijab.
18.Rasulullah saw memberikan izin bagi orang yang berdo’a Kepada Allah
SWT dengan bertawasul kepada Syaikh Abul Hasan Asy Syadzili.
Asy-Syadzili berkulit sawo matang, berbadan kurus, perawakannya tinggi, pipinya tipis, jari-jari kedua tangannya panjang, dan lidahnya fasih serta perkataannya baik.[1] Dia tidak terlalu membatasi diri dalam makan dan minum. Dia selalu mengenakan pakaian yang indah setiap kali memasuki masjid. Dia tidak pernah terlihat memakai baju-baju bertambalan sebagaimana yang dipakai oleh sebagian sufi, bahkan selalu mengenakan pakaian bagus. Dia menyukai kuda, memelihara, dan menungganginya. Dia selalu menasihatkan untuk bersikap moderat.[1]
Sumber : “Tanwirul
Ma’ali manaqibi Ali bin Abil Hasan Asy Syadzili“ karya Syaikh Muhammad
Nahrowi (mbah Dalhar) bin Abdurrahman, Watu Congol, Muntilan – Magelang.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Posting Komentar