Qasidah Munajat Al Imam Al Quthb Habib Abdullah Al Haddad
Ya Rasulallah . . .
[Risalatul Murid, Sayyid Al-Imam Abdullah Al-Hadad.ra]
Ketahuilah sang murid menginginkan dan mencari Syaikh yang sejati untuk menuntut ilmu padanya. Tidak boleh mengambil sembarang orang yang dapat diakui sebagai Syaikh, yang boleh memimpin murid-murid ke jalan Allah Ta'ala, dan menjadi Syaikhnya sehingga ia harus menyelidiki terlebih dahulu, dan ia kenal benar-benar keahlian Syaikh tersebut dan hatinya menerima orang itu sebagai Syaikhnya.
Demikian sebaliknya seorang Syaikh tidak boleh menerima sembarang murid yang datang padanya minta dituntun ke jalan Allah, sebelum ia menguji kesungguhan si murid untuk menunjukkan keinginannya yang sungguh-sungguh untuk mendapatkan seorang pemimpin yang akan menunjukkan ke jalan Tuhannya. Syarat-syarat ini harus berlaku bagi murid-murid yang akan menuntut ilmu kepada Syaikh Tahkun (Syaikh yang dalam tangannya terserah segala putusan).
Murid yang menuntut ilmu pada Syaikh Tahkun ini, harus menganggap dirinya seperti mayat yang sedang dibersihkan oleh tangan-tangan yang memandikannya, atau laksana seorang bayi yang berada dalam pemeliharaan ibunya, syarat-syarat serupa ini tidak berlaku pada Syaikh Tabarruh (Syaikh yang biasa dimohon keberkatan daripada-nya) .
Apabila seorang murid bermaksud untuk mendapatkan keberkatan seorang Syaikh, bukan tahkim-nya, maka diperbolehkan menemui sebanyak mungkin Syaikh dan menziarahi mereka adalah lebih baik dan utama untuk memperoleh keberkatan itu. Apabila murid belum mendapatkan Syaikh, dengan tekun dan rajin menunjukkan harapan dan keperluannya kepada Allah SWT, dengan kebenaran yang sempurna agar Dia menunjukkan kepada seorang murid pemimpin yang boleh memimpinnya kejalan Allah SWT.
Jika ia bersungguh akan keinginannya pasti Allah akan mengabulkan permohonannya. Sebagaimana Allah akan mengabulkan permohonan orang-orang yang terdesak (dipaksa oleh keadaan), niscaya Allah akan memimpin dan mendorong pada salah seorang diantara hamba-hambaNya.
Setengah murid menyangka dirinya tiada mempunyai Syaikh, dan sepanjang masa ia berusaha mencari Syaikh, padahal Tuhan telah mentakdirkan seorang Syaikh untuknya. Sedang ia tidak pernah melihat Syaikh tersebut. Syaikh tersebut memelihara murid-murid dengan pandangan bathinnya, dan menjaga dengan penuh perhatian sedang si murid tidak merasakan semua sama sekali. Jika murid yang mengatakan tidak ada Syaikh pada jamannya, sebenarnya ia keliru. Atau mungkin Syaikh itu tidak benar. Dan pada hakekatnya Syaikh-Syaikh agung memang banyak sekali, maha suci Allah yang telah menunjukkan bukti kepada para Auliya'Nya. Seperti Dia menjadikan bukti untuk mengenal Zatnya dan Dia akan menunjukkan seorang murid pada Auliya'Nya melainkan yang disukai dan menyampaikan kepada Zatnya sendiri.
Dikisahkan dari Sayid Al-Huda bahwasanya Imam Syafi’i Rhm. memiliki sebuah kitab yang sudah tidak beredar sekarang ini, saat itu bahkan hendak dibuang ke laut. Di dalam kitab tersebut memuat cerita yang gharib (asing), yang jarang disebut oleh para Ulama mengenai hal ini. Pada saat cerita ini disebut di dengar oleh Imam Ahmad al-Hanbal (muridnya, dan didengar / dihadiri secara ruhaniyah oleh Gurunya Imam Malik Rhm dan Imam Hanafi Rhm.
Ceritanya adalah tentang seorang Nasrani Paderi (demikian cerita ini didengar) yang bertaubat dari agamanya (Nasrani). Diawali ketika ia diilhami tentang kebenaran ajaran Islam, sehingga membuatnya bimbang dan ingin berpindah menganut agama Islam. Kemudian ia melakukan thawaf mengelilingi Ka’bah tujuh kali. Setelah itu ia mengalami guncangan hebat, sehingga ia memutuskan untuk mengembara ke tempat kesunyian.
Hingga ketika ia sampai di suatu tempat di pinggir laut, ia menghentikan langkahnya. Saat itu waktu sudah gelap gulita. Tiba-tiba terdengarlah gemuruh suara seperti suara hewan. Suasana hatinya bercampur aduk, mulai dari gundah, was-was, takut kalau-kalau binatang buas menyergapnya. Akhirnya ia memutuskan naik ke sebuah pohon besar. Di sana ia tidak bisa tidur.
Seketika suara gemuruh itu semakin jelas. Ia melihat di permukaan laut ada sebuah makhluk Allah bertubuh besar yang aneh menurut pandangannya. Kepalanya berwujud burung kasuari tapi berwajah seperti manusia (yang memiliki paruh), badannya seperti unta (memiliki punuk), ekornya seperti ekor ikan. Ia hanya muncul di permukaan laut saja.
Si Nasrani melihatnya dari kejauhan berteriak, ‘Hai siapa itu?’ Malaikat tersebut menegurnya, ‘Wahai manusia, mengapa engkau tidak mengucapkan salam kepadaku?’ Akhirnya si Nasrani pun mengikuti apa yang diperintahkannya.
Saat ia turun dari pohon ia kaget melihat lebih dekat bentuk asli makhlauk itu, ia berniat untuk lari karena takut. Tapi ia ditegur oleh malaikat tersebut, ‘Wahai manusia, mengapa engkau lari dariku? Jika engkau lari niscaya engkau akan binasa’. Maka berhentilah Nasrani tadi.
Makhluk tersebut memperkenalkan dirinya, bahwa ia adalah seorang malaikat yang Allah cipta untuk berdiam di atas pemukaan laut. Ia merupakan salah satu bala tentara Allah. Setiap hari ia melantunkan tasbih dari ia diciptakan hingga saat ia dipertemukan. Setelah ia diperintahkan untuk taat kepada seorang hamba Allah, yakni Nabi Khidhir As, maka ia menjadi bagian bala tentara Beliau As di lautan.
Setelah mengalami peristiwa tersebut, bertambah mantaplah si Nasrani ini untuk berpindah keyakinan dari Nasrani menjadi seorang muslim. Dan ia meyakini bahwa apa yang dipegang selama ini (agamanya) adalah keliru, dan Islam lah yang benar menurutnya.
Nabi Khidir As. berkata: ‘Barang siapa yang melantunkan tasbih malaikat tersebut, maka pahalanya seperti pahalah makhluk tersebut berdzikir dari awal hingga akhir hayatnya’.
Setelah mengalami peristiwa tersebut, bertambah mantaplah si Nasrani ini untuk berpindah keyakinan dari Nasrani menjadi seorang muslim. Dan ia meyakini bahwa apa yang dipegang selama ini (agamanya) adalah keliru, dan Islam lah yang benar menurutnya.
Kisah Cinta Kepada Rasulullah : Anak kecil yang sangat mencintai rasullullah saw : keinginan untuk berziarah ke maqam Rasul.
Pada zaman al imam Al-Hafiz Wajihuddin Abdul Rahman bin Ali bin Muhammad al-Syaibani al-Yamani al-Zabidi al-Syafie ( pengarang maulid dibai), dikala waktu sang imam ingin ziarah ke magam rasulullah saw dari kota yaman ke kota madinah bersama para sahabatnya dan jammahnya ada seorang anak kecil yang ingin sekali melihat magam rasulullah saw,alimam menanyakan kepada salah satu sahabatnya.”ini anak siapa? apa yang ingin ia lakukan?, dan salah satu sahabatnya mengatakan ” ia ingin ikut perjalanan kita ya imam, lalu alimam itu menjawab, tidak boleh karena perjalannan ini sangat jauh dari kota yaman sampai madinah menepuh jarak 4 sampai 1 minggu perjalanan itu pun naik kuda .
lalu anak itu pergi karean tidak diizinkan oleh al imam Al-Hafiz Wajihuddin Abdul Rahman bin Ali bin Muhammad al-Syaibani al-Yamani al-Zabidi al-Syafie,tapi waktu dalam perjalanan menuju kota madinah anak itu diam diam ikut dan mengumpat di bawah kereta kuda sang imam tersebut,ia hanya bergelantungan antara roda roda kereta kuda tersebut, dalam perjalanan ia tidak makam dan minum selama 1 minggu perjalanan karena sangat ingin sekali melihat magam rasulullah saw dan sangat mencinta rasulullah saw
dan setelah satu minggu rombongan tersebut sampi di kota madinah . tiba tiba ada seorang sahabat yangberteriak “yaallah ini anak kecil yang kemarin dilarang olehku untuk ikut bersama kita tetapi ia punikut bersama kita ana tidak melihat anak kecil ini selama perjalanan.kemudian anak kecil itupun langsung berlari dan mengambil debu meyirami debu kewajahnya sampai tidak bisa bernapas dan meninggal di kota madinah ia pun belum sempat berziarah magam sayidina muhammad saw karena sangat bergembira sudah sampai kota sang nabi, lalu al imam Al-Hafiz Wajihuddin Abdul Rahman bin Ali bin Muhammad al-Syaibani al-Yamani al-Zabidi al-Syafie pun menangis melihat anak kecil ini yang sangat mencintai rasulullah saw.
lalu di sepakati oleh rombongan dan iman untuk menguburkan anak itu di kota madinah, lalu berbeberapa hari al imam Al-Hafiz Wajihuddin Abdul Rahman bin Ali bin Muhammad al-Syaibani al-Yamani al-Zabidi al-Syafie di kota madianh dan sempatt menziarahi magam anak kecil tersebut ia melihat magam tersebut bergeser mendekati magam sayidina muhammad saw .SAMPAI SEKARANG MAGAM TERSEBUT MASIH ADA DAN MAGAM TERSEBUT ADA DI SEBERANG MASJID NABAWI.
al imam Al-Hafiz Wajihuddin Abdul Rahman bin Ali bin Muhammad al-Syaibani al-Yamani al-Zabidi al-Syafie pun menagis diadalam rumahnya aku ini adalah seorang imam tapi aku malu melihat kecintaan seorang anak yang sangat mencinta rasulullah saw. dan sang imam pun menulis riwayat perjalanan anak kecil tersebut di maulidnya.
Habib Jamal Baagil : Mengamalkan Shalawat Nur dari Habib Umar bin Hafidz
Published on July 5, 2010 in Majalah AlKisah, Amalan para Habaib and Artikel Islam.
Dia membaca Shalawat Nur sebanyak 10 kali pada usai waktu shalat wajib, dan begitu juga ketika malam menjelang tidur.
Dalam mengamalkan bacaan Shalawat itu, Habib Jamal merasakan ketenangan bathin. Pikiran yg semula ruwet menjadi terang. Dan karena Shalawat ini sudah dinyatakan Habib Umar sebagai amalan yg bisa dilaksanakan semua orang, ia sudah memberikan ijazah ammah, setiap orang boleh mengamalkannya. Selain itu fadhilah lain membaca Shalawat ini adalah selalu mempunyai ikatan dan hubungan erat dengan Rasulullah SAW.
Inilah bacaan Shalawat Nur
“Allahumma shalli wa sallim ‘ala Sayyidina Muhammad nuuri-kas saari wa madaadikal jaari wajma’nii bihi fi kulli athwaari wa ‘ala alihi wa shahbihi yannuur”Artinya:
“Ya Allah, limpahkanlah shalawat serta salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad, sang cahaya-Mu yang selalu bersinar dan pemberian-Mu yang tak kunjung putus, dan kumpulkanlah aku dengan Rasulullah di setiap zaman, serta shalawat untuk keluarganya dan sahabatnya, wahai Sang Cahaya.”
Dikutip dari di majalah Alkisah no. 13/28 JUNI - 11 JULI 2010
Berikut penjelasan Habibana Munzir mengenai Zakat Profesi:
Alaikumsalam warahmatullah wabarakatuh,
Cahaya Keberkahan Lailatul Qadr semoga selalu menerangi hari hari anda dengan kebahagiaan,
Saudaraku yg kumuliakan, zakat profesi tidak diakui dalam Jumhur Ahlussunnah waljamaah, yg ada adalah zakat harta jika disimpan tanpa dipakai apa apa, ada pendapat di mazhab hanafi untuk boleh dilakukan setiap bulan, namun Jumhur (pendapat terbanyak dan terkuat) seluruh mazhab berpendapat bahwa zakat harta adalah setahun sekali jika melebihi nishab dan haul
Nishab : Batas jumlah / nilai yg ditentukan syariah
Haul : sempurna 1 tahun
Jadi anda bekerja dan mendapat gaji itu tak ada zakatnya, boleh anda bersedekah saja.
Perhitungan zakat harta adalah jika anda menyimpan uang, atau emas anda baru kena zakat jika menyimpan uang itu sampai setahun, dan jumlah yg anda simpan telah melebih nishab selama setahun
Zakat maal / harta dikeluarkan setahun sekali, terhitung hari sejak uang kita melebihi Nishob, dan Nishob zakat maal adalah seharga emas 84 gram, maka bila uang simpanan kita terus meningkat, misalnya mulai 4 Oktober 2006 uang simpanan kita mulai melebihi harga emas 84 gram, maka sejak tanggal 4 oktober itu terhitunglah kita sebagai calon wajib zakat, namun belum wajib mengeluarkan zakat karena menunggu syarat satu lagi, yaitu haul (sempurna satu tahun)
Nah.. bila uang kita terus dalam keadaan diatas Nishob sampai 3 oktober 2007 maka wajiblah kita mengeluarkan zakatnya sebesar jumlah seluruh uang kita yg ada pd tgl 3 oktober sebesar 2,5%. (bukan uang kita yg pd 4 oktober 2006, atau uang kita bertambah menjadi 100 juta misalnya, lalu naik dan turun, maka tetap perhitungan zakat adalah saat hari terakhir ketika genap 1 tahun dikeluarkan 2,5% darinya).
Bila uang kita setelah melebihi batas nishob, lalu uang kita berkurang misalnya pd januari 2007 uang kita turun dibawah harga emas 84 gram, maka sirnalah wajib zakat kita, kita tidak wajib berzakat kecuali bila uang kita mulai melebihi nishab lagi, saat itu mulai laih terhitung calon wajib zakat dg hitungan mulai hari tsb, dan itupun bila mencapai 1 tahun penuh tidak ada pengurangan dari batas nishob.
Demikian saudaraku yg kumuliakan, semoga dalam kebahagiaan selalu,
Wallahu a'lam
Telah berkata Imam Al Ghazali ra dan selain beliau (ulama ahli kasyaf) :
"Sesungguhnya Lailatul Qadr dapat engkau ketahui pada hari pertama bulan Ramadhan, maka jika awalnya :
1. Hari Ahad atau Rabu, maka Lailatul Qadr malam ke-29
2. Hari Senin, maka Lailatul Qadr malam ke-21
3. Hari Selasa atau Jum'at, maka Lailatul Qadr malam ke-27
4. Hari Kamis, maka Lailatul Qadr malam ke-25
5. Hari Sabtu, maka Lailatul Qadr malam ke-23
Wallahu a'lam.
"Sesungguhnya Lailatul Qadr dapat engkau ketahui pada hari pertama bulan Ramadhan, maka jika awalnya :
1. Hari Ahad atau Rabu, maka Lailatul Qadr malam ke-29
2. Hari Senin, maka Lailatul Qadr malam ke-21
3. Hari Selasa atau Jum'at, maka Lailatul Qadr malam ke-27
4. Hari Kamis, maka Lailatul Qadr malam ke-25
5. Hari Sabtu, maka Lailatul Qadr malam ke-23
Wallahu a'lam.
Tentu kita sudah tahu, kalo dalam bulan Ramadhan ada salah satu ibadah yang khas, dilakukan oleh hampir semua muslim sedunia. Apalagi kalo bukan Shalat Tarawih. Sebuah ibadah shalat sunnah muakkad (sunnah yang dikuatkan), yang biasa dilakukan sesudah shalat isya.
Sekali lagi, tarawih dalam bahasa Arab berarti “santai” atau “Istirahat”. Hal ini merujuk pada sebuah ibadah malam (qiyamullail) yang hanya dilakukan pada malam-malam bulan Ramadhan ba’da Shalat Isya. Orang-orang zaman dahulu (shalafusshalih) , melaksanakan shalat tarawih dengan santai, dimana setiap selesai salam, mereka melakukan kegiatan-kegiatan lain seperti dzikir atau membaca Qur’an. Maka tidaklah mengherankan jika shalat tarawih yang mereka lakukan sangatlah lama, bahkan bisa berlangsung sampai tengah malam. [baca juga: Tarawih itu Santai]
Rasulullah Saw melaksanakan shalat tarawih selama 3 malam di masjid, setelah itu lebih banyak melakukannya di rumah seorang diri karena takut dianggap wajib oleh pengikutnya. Sepeninggal Rasulullah Saw, banyak orang yang shalat tarawih sendiri-sendiri atau berkelompok- kelompok. Atas inisiatif Khalifah Umar bin Khattab, shalat tarawih dilakukan secara berjamaah dengan satu imam di masjid agar terlihat lebih nampak ukhuwah islamiyah-nya. Shalat tarawih dilakukan sebanyak 20 rakaat dengan 3 witir. Penduduk Madinah bahkan melakukan shalat tarawih sampai 36 rakaat dengan 3 witir. Nah, temans, mumpung bulan Ramadhan, marilah perbanyak amal ibadah kita di bulan ini dengan niat yang tulus mengharapkan keridloan Allah semata. Berikut diantara pahala keutamaan shalat tarawih tiap malam di bulan Ramadhan.
1. Malam ke-1 : Diampuni dosanya, bersih seperti bayi lahir dari kandungan ibunya
2. Malam ke-2 : Diampuni dosanya dan dosa kedua orang tuanya yang mu’min
3. Malam ke-3 : Malaikat memanggil dari bawah ‘Arsy, berseru, “Segeralah kamu beramal, Allah mengampuni dosa-dosamu yang telah lalu”
4. Malam ke-4 : Diberi pahala sebanyak pahala membaca Taurat, Injil, Zabur dan Al Qur’an
5. Malam ke-5 : Diberi pahala sebanyak pahala shalat di Masjidil Haram, Masjid Nabawi dan Masjidil Aqsha
6. Malam ke-6 : Diberi pahala sebanyak pahala thawaf di Baitul Makmur (tempat thawafnya malaikat), setiap batu-batuan dan tanah liat beristighfar untuknya
7. Malam ke-7 : Seolah-olah bertemu dengan Nabi Musa AS dan berjuang bersama melawan Fir’aun dan Haman
8. Malam ke-8 : Diberi segala sesuatu sesuatu seperti apa yang pernah diberikan kepada Nabi Ibrahim AS
9. Malam ke-9 : Seolah-olah ia beribadah seperti ibadah yang dikerjakan Nabi Muhammad Saw
10. Malam ke-10 : Allah memberi kebaikan dunia dan akhirat
11. Malam ke-11 : Ia akan meninggal dunia dalam keadaan bersih dari dosa seperti bayi baru dilahirkan oleh ibunya.
12. Malam ke-12 : Wajahnya akan bercahaya seperti bulan purnama di hari kiamat nanti
13. Malam ke-13 : Kelak di hari kiamat ia akan aman dari segala kejahatan
14. Malam ke-14 : Dibebaskan dari hisab dan para malaikat memberikan kesaksian atas ibadah tarawihnya
15. Malam ke-15 : Bershalawatlah kepadanya segenap malaikat, penanggung ‘ Arsy dan Kursi Allah
16. Malam ke-16 : Dibebaskan dari siksa api neraka dan dibebaskan masuk ke surga
17. Malam ke-17 : Diberi pahala seperti yang diterima para Nabi
18. Malam ke-18 : Malaikat memanggilnya; “Wahai Hamba Allah, engkau dan kedua orang tuamu telah diridloi Allah Swt”
19. Malam ke-19 : Derajatnya ditinggikan di surga Firdaus
20. Malam ke-20 : Diberi pahala seperti pahalanya syuhada dan shalihin (orang-orang shalih)
21. Malam ke-21 : Dibuatkan gedung dari cahaya (nur) di surga
22. Malam ke-22 : Kelak di hari kiamat akan aman dari bencana yang menyedihkan dan menggelisahkan
23. Malam ke-23 : Dibangunkan sebuah kota di dalam surga
24. Malam ke-24 : Sebanyak 24 doa yang ia panjatkan akan dikabulkan Allah Swt.
25. Malam ke-25 : Dibebaskan dari siksa kubur
26. Malam ke-26 : Pahala baginya ditingkatkan selama 40 tahun
27. Malam ke-27 : Melintasi Shirathal Mustaqiem seperti kilat menyambar
28. Malam ke-28 : Ditinggikan derajatnya sampai 1000 tingkat di surga kelak
29. Malam ke-29 : Diberi pahala sebanyak pahala 1000 haji mabrur
30.Malam ke-30 : Akan diseru Allah Swt dalam Firman-Nya: “Wahai hamba-Ku, silakan makan buah-buahan surga, mandi dari mata air salsabil, dan minumlah dari Telaga Kautsar. Akulah Tuhanmu dan kamu adalah hamba-Ku”
Fadhilah-fadhilah (keutamaan) di atas merupakan sabda Rasulullah Saw ketika ditanya Shahabat Ali bin Abi Thalib tentang fadhilah Shalat tarawih yang termaktub dalam kitab Duratun Nashihin sebagai bentuk Fadhoilul A’mal.
Ibadah di bulan Ramadhan diberi hadiah berupa kelipatan pahala yang sangat besar yang hanya Allah Yang Maha Mengetahui kelipatannya.
Bulan Sya'ban adalah bulan kehormatan. Nabi SAW bersabda, "Rajab adalah bulan Allah, Sya`ban adalah bulanku, dan Ramadhan adalah bulan umatku."
Dalam kaitannya dengan hal itu, kita harus mengetahui hak Nabi Muhamad SAW. Bila ditanya apa hak Nabi SAW atas umatnya, jawabanya di antaranya kita mengikuti sunnahnya, menolong agamanya, memperjuangkan syari'atnya, cinta yang sempurna kepadanya, menghormati dan mengagungkannya, memperbanyak shalawat kepadanya.
Mengapa kita harus mengagungkan Nabi? Karena Nabi adalah makhluk yang paling diagungkan oleh Allah SW. Mengapa kita harus memuliakan Nabi? Karena Nabi adalah makhluk yang paling dimuliakan oleh Allah SWT.
Mengapa kita harus banyak menyanjung Nabi? Karena Nabi adalah makhluk yang paling disanjung dan dipuji oleh Allah SWT.
Saat ini, umat Islam dalam kondisi memprihatinkan. Mereka jauh dari mengenal Nabi SAW. Bahkan lebih memprihatinkan lagi, mereka mengikuti orang-orang yang jauh dari Nabi, bahkan orang-orang yang memusuhi Nabi Muhammad, dari kalangan Yahudi dan Nasrani.
Kita harus cemburu besar kepada Nabi SAW, karena beliau adalah orang yang paling dicemburui oleh Allah SWT. Seseorang akan mulia dan diangkat derajatnya bila dia mencintai Nabi SAW dan Membela Agamanya
Kita harus cemburu besar kepada Nabi SAW, karena beliau adalah orang yang paling dicemburui oleh Allah SWT. Seseorang akan mulia dan diangkat derajatnya bila dia mencintai Nabi SAW dan Membela Agamanya
Di antara hak Nabi SAW kepada kita, umat beliau, adalah membela agamanya. Habib Zein bin Semith dalam kitab Al-Ajwibah Al-Ghaliyah fi Aqidah Firqah An-Najiyah menjelaskan bagaiamana agungnya nikmat Islam.
Ia berkata, "Andaikan seorang hamba yang diberi usia yang panjang oleh Allah SWT bersembah sujud kepada Allah di atas bara api semenjak diciptakan dunia hingga berakhir, tidaklah hal itu dapat menunaikan hak nikmat Islam yang dikaruniakan oleh Allah SWT kepadanya."
Alhamdulillah, kita, umat Rasulullah SAW, diberi usia yang singkat untuk tidak banyak digunakan dalam maksiat. Kita diberi umur yang singkat, untuk dilebihkan dan dilipatgandakan amal ibadah kita.
Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa berbuat satu kebajikan, akan mendapat sepuluh kali lipat kebajikan sepertinya."Ibadah di bulan-bulan biasa akan dilipatgandakan 10 kali lipat, di bulan Rajab 70 kali lipat, di bulan Sya`ban 700 kali lipat, dan di bulan Ramadhan diberi hadiah berupa kelipatan pahala yang sangat besar yang hanya Allah Yang Maha Mengetahui kelipatannya.
Di bulan Sya'ban yang agung , Nabi sangat banyak berpuasa. Aisyah RA pernah ditanya apakah Nabi berpuasa di bulan Sya`ban, ia menjawab, "Seakan-akan Nabi tidak pernah batal puasanya (selalu berpuasa)."
Kemudian ditanya lagi apakah Nabi pernah tidak berpuasa, ia menjawab, "Seakan-akan Nabi tidak pernah berpuasa di bulan ini."
Maknanya, Nabi sangat mengagungkan bulan Sya`ban dengan memperbanyak puasa di dalamnya. Bila berpuasa, seakan-akan beliau tidak pernah meninggalkan satu hari pun, sehingga seakan-akan menjadi satu kewajiban bagi dirinya. Akan tetapi, bila tidak berpuasa, seolah-olah beliau sama sekali tidak berpuasa di bulan ini. Hal ini agar tidak menjadi kewajiban bagi umatnya.
Hendaklah kita mengisi hari-hari di bulan agung ini dengan memperbanyak puasa dan bershalawat kepada Nabi SAW. Rasulullah telah diberi keutamaan yang luar biasa yang tidak diberikan kepada makhluk sebelum ataupun sesudah beliau. Oleh sebab itu kita wajib bersyukur kepada Allah karena dijadikan umat Nabi Muhammad, karena para nabi sangat cemburu untuk bertemu Nabi Muhammad SAW, ingin menjadi umat beliau. Kita tidak pernah meminta atau merengek untuk menjadi umat Nabi, tapi kita telah dimuliakan dengan dijadikan sebagai umat Nabi. Maka kita harus menjaga kehormatan dan kemulian yang telah Allah berikan ini.
Allah berfirman, "Sesungguhnya jika kalian bersyukur, pasti akan Aku tambahkan nikmat-Ku) kepada kalian; tapi jika kalian mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih." – QS Ibrahim (14): 7.
Demikian penggalan taushiyah Habib Salim bin Umar Al-Hamid dalam pengajian Zawiyah alKisah, Kamis 15 Juli 2010. Untuk lebih lengkapnya, silakan baca di alKisah edisi 16/2010 atau melalui audio alKisah Online.
Sumber : majalah-alkisah
Dikisahkan Dalam Kitab Durrotun Nashihin tentang kemulyaan Bulan Suci Romadhon,
*
Beberapa waktu kemudian, Majusi itu meninggal dunia. Dan ada seorang 'alim bermimpi akan keadaan Majusi tsb. Dimana Majusi tersebut berada disuatu tempat yang indah dan serba terang berderang seperti disyurga.
Lalu bertanyalah 'alim tersebut, "Hai Majusi, bukankah kamu itu seorang Majusi, gerangan apa yang bisa menjadikan kamu seperti ini". Kemudia majusi itu menjawab, "Sebelum aku meninggal dunia, sesungguhnya Allah SWT memberiku hidayah agar masuk islam, dan setelah aku meninggal dalam Iman kepada Allah SWT, aku dinaikkan derajatku karena aku tidak makan & minum didepan orang yg berpuasa dibulan romadhon, karena menghormati Bulan Suci Romadhon."
Sungguh saudaraku, Allah SWT Memulyakan siapa saja yang menghormati dan mencintai datangnya Bulan Suci Romadhon..
Sumber,
* Tausyiah Habib Alwy Bin Utsman Bin Yahya dirumah Bang Chairul..
* Terjemah Kitab Durrotun Nashihin, Bab Fadhilatusy Syahri Romadhon..
Wallahu A'lam...
Di Ambil daripada Kitab Durrotun Nashihin Bab Fadhilah Bulan Romadhon,
Semoga menambah 'amal kita didalam bulan Mulia ini,
1. Mushaf Ibrohim diturunkan pada malam pertama bulan romadlon, Taurot pada malam tanggal 6 Romadlon 700 tahun setelah turunnya mushaf Ibrohim, Zabur diturunkan pada malam tanggal 12 Romadlon 500 tahun setelah turunnya kitab Taurot, Injil diturunkan pada tanggal 18 Romadlon 1200 tahun setelah turunnya Zabur, sedangkan Al-quran diturunkan pada tanggal 27 Romadlon 620 tahun setelah turunnya Injil. (Durrotun nashihin)
2. Dari Ibnu Abbas : saya mendengar sabda nabi SAW. “seandainya umatku mengetahui tentang apa yang ada di dalam bulan Romadlon, tentu mereka akan berharap dalam satu tahun hanya ada bulan Romadlon…. Karena di bulan ini berbagai kebaikan berkumpul, semua ketaatan diterima, semua doa dikabulkan, dosa dosa diampuni, dan pintu surga dibuka lebar lebar untuk umatku” (zabadatul wa’idzin)
3. Shohabat Dawud At-Tho’iy berkata : pada malam pertama bulan Romadlon aku terlelap, dan aku melihat surga, seakan akan aku duduk di tepi sungai yang terbuat dari intan dan yaqut, ketika itu pula aku melihat para bidadari yang sinar wajahnya menyilaukan seperti matahari, aku mengucap “*laa ilaaha illa Allah Muhammadun rosuulullaah”*, para bidadari tersebut menjawab *“laa ilaaha illa Allah Muhammadun rosuulullaah*, kami diciptakan untuk orang orang yang bertahmid, orang orang yang berpuasa, orang orang yang ruku’, dan orang orang yang sujud, semuanya pada bulan Romadlon.” Dan karena itulah nabi SAW. Bersabda : “surga dibuka lebar lebar untuk empat golongan : 1. orang yang membaca Alquran, 2. orang yang menjaga lisannya, 3. orang yang memberi makan kepada orang lapar, 4. orang yang berpuasa, semuanya di bulan Romadlon” (Rounoqul majalis)
Diriwatkan bahwasanya Sayyidina Umar Bin Khattab Ra, apabila sampai kepadanya berita kewafatan Rasulullah SAW, terus meratap seraya berkata:
"Demi bapaku dan ibuku duhai Rasulullah! Sebenarnya keutamaanmu di sisi Tuhan telah sampai kemuncaknya sehingga dijadikan ketaatan kepadamu sama seperti ketaatan kepada Tuhan, sebagaimana firman Allah azzawajalla: “Barangsiapa yang mentaati Rasul, maka sebenarnya dia telah mentaati Allah”(an-Nisa’: 80)
Demi bapaku dan ibuku duhai Rasulullah! Sebenarnya keutamaanmu di sisi Allah telah meningkat sampai DIA (Allah) memberitahukan engkau keampunanNya terhadapmu, sebelum Dia memberitahukanmu tentang dosamu. Allah berfirman: “Allah telah mengampunimu (Muhammad) mengapa engkau izinkan mereka (tinggal)
tidak menurut pergi berperang.” (at-Taubah: 43).
Demi bapaku dan ibuku duhai Rasulullah! Sebenarnya keutamaanmu telah memuncak di sisi Allah, sehingga ahli neraka berangan-angan hendak mentaatimu (menurutmu), padahal mereka berada di lapisan-lapisan neraka disiksa mereka berkata (dalam firman): “Aduhai alangkah baiknya jika kita dulu mentaati Allah dan mentaati RasulNya.”(al-Ahzab: 66)
Demi bapaku dan ibuku duhai Rasulullah! Jika Musa AS dikaruniakan oleh Allah batu yang memancar daripadanya mata air-mata air, maka adakah yang lebih menakjubkan lagi daripada jari-jemarimu, apabila terpancar daripadanya air, mudah-mudahan Allah merahmatimu.
Demi bapaku dan ibuku duhai Rasulullah! Jika Sulaiman AS dikaruniakan oleh Allah angin yang menerbangkannya sebulan perjalanan pergi dan sebulan pula perjalanan kembali, maka adakah yang lain lebih menakjubkan daripada Burak (kenderaan kilat) yang membawamu mendaki hingga langit ketujuh, kemudian
kembali semula pada malam yang sama ke Abtah (Makkah) untuk bersembahyang subuh di situ pula moga-moga Allah merahmatimu.
Demi bapaku dan ibuku duhai Rasulullah! Jika Isa bin Maryam dikaruniakan oleh Allah SWT kuasa menghidupkan orang mati (dengan izin Allah), maka adakah lain perkara yang lebih menakjubkan lagi daripada kambing yang beracun ketika ia berkata-kata denganmu, padahal ia telah menjadi daging yang sudah dipanggang. Bukankah rusuk kambing itu telah berkata kepadamu: Jangan makan aku kerana aku ini telah disiram dengan racun.
Demi bapamu dan ibuku duhai Rasulullah! Meskipun amat pendek umurmu dan amat sedikit masa kepimpinanmu, akan tetapi orang-orang yang menurutimu lebih banyak dan jauh bandingannya dengan orang yang menuruti Nuh AS, padahal amat lanjut umurnya dan amat panjang pula masa kepimpinannya. Sebenarnya orang yang mempercayai risalahmu amat banyak sekali, padahal orang yang mempercayai risalahnya amat sedikit pula. Engkau telah mengenakan pakaian bulu, mengendarai keledai dan membiarkan orang lain menunggang di belakangmu pula. Engkau meletakkan makananmu di atas tanah bila memakannya, kemudian engkau menjilat pula jari-jemarimu sesudah makan sebagai tanda rendah diri.
Moga-moga Allah mengurniakan ke atasmu salawat dan salam."
[Ihya 'ulumuddin]
"Demi bapaku dan ibuku duhai Rasulullah! Sebenarnya keutamaanmu di sisi Tuhan telah sampai kemuncaknya sehingga dijadikan ketaatan kepadamu sama seperti ketaatan kepada Tuhan, sebagaimana firman Allah azzawajalla: “Barangsiapa yang mentaati Rasul, maka sebenarnya dia telah mentaati Allah”(an-Nisa’: 80)
Demi bapaku dan ibuku duhai Rasulullah! Sebenarnya keutamaanmu di sisi Allah telah meningkat sampai DIA (Allah) memberitahukan engkau keampunanNya terhadapmu, sebelum Dia memberitahukanmu tentang dosamu. Allah berfirman: “Allah telah mengampunimu (Muhammad) mengapa engkau izinkan mereka (tinggal)
tidak menurut pergi berperang.” (at-Taubah: 43).
Demi bapaku dan ibuku duhai Rasulullah! Sebenarnya keutamaanmu telah memuncak di sisi Allah, sehingga ahli neraka berangan-angan hendak mentaatimu (menurutmu), padahal mereka berada di lapisan-lapisan neraka disiksa mereka berkata (dalam firman): “Aduhai alangkah baiknya jika kita dulu mentaati Allah dan mentaati RasulNya.”(al-Ahzab: 66)
Demi bapaku dan ibuku duhai Rasulullah! Jika Musa AS dikaruniakan oleh Allah batu yang memancar daripadanya mata air-mata air, maka adakah yang lebih menakjubkan lagi daripada jari-jemarimu, apabila terpancar daripadanya air, mudah-mudahan Allah merahmatimu.
Demi bapaku dan ibuku duhai Rasulullah! Jika Sulaiman AS dikaruniakan oleh Allah angin yang menerbangkannya sebulan perjalanan pergi dan sebulan pula perjalanan kembali, maka adakah yang lain lebih menakjubkan daripada Burak (kenderaan kilat) yang membawamu mendaki hingga langit ketujuh, kemudian
kembali semula pada malam yang sama ke Abtah (Makkah) untuk bersembahyang subuh di situ pula moga-moga Allah merahmatimu.
Demi bapaku dan ibuku duhai Rasulullah! Jika Isa bin Maryam dikaruniakan oleh Allah SWT kuasa menghidupkan orang mati (dengan izin Allah), maka adakah lain perkara yang lebih menakjubkan lagi daripada kambing yang beracun ketika ia berkata-kata denganmu, padahal ia telah menjadi daging yang sudah dipanggang. Bukankah rusuk kambing itu telah berkata kepadamu: Jangan makan aku kerana aku ini telah disiram dengan racun.
Demi bapamu dan ibuku duhai Rasulullah! Meskipun amat pendek umurmu dan amat sedikit masa kepimpinanmu, akan tetapi orang-orang yang menurutimu lebih banyak dan jauh bandingannya dengan orang yang menuruti Nuh AS, padahal amat lanjut umurnya dan amat panjang pula masa kepimpinannya. Sebenarnya orang yang mempercayai risalahmu amat banyak sekali, padahal orang yang mempercayai risalahnya amat sedikit pula. Engkau telah mengenakan pakaian bulu, mengendarai keledai dan membiarkan orang lain menunggang di belakangmu pula. Engkau meletakkan makananmu di atas tanah bila memakannya, kemudian engkau menjilat pula jari-jemarimu sesudah makan sebagai tanda rendah diri.
Moga-moga Allah mengurniakan ke atasmu salawat dan salam."
[Ihya 'ulumuddin]
Dalam kitab Durrotun Nashihin diriwayatkan bahwa disyari’atkannya puasa adalah setelah Allah menciptakan hawa nafsu. Ceritanya demikian : Allah S.W.T telah menciptakan akal, maka Allah SWT telah berfirman: “Wahai akal mengadaplah engkau.” Maka akal pun menghadap kehadapan Allah SWT., kemudian Allah SWT berfirman: “Wahai akal berbaliklah engkau!”, lalu akalpun berbalik.
Kemudian Allah S.W.T. berfirman lagi: “Wahai akal! Siapakah aku?”. Lalu akal pun berkata, “Engkau adalah Tuhan yang menciptakan aku dan aku adalah hamba-Mu yang lemah.” Lalu Allah SWT berfirman: “Wahai akal, tidakKu-ciptakan makhluk yang lebih mulia daripada engkau.”
Setelah itu Allah SWT menciptakan nafsu, dan berfirman kepadanya: “Wahai nafsu, menghadaplah kamu!”. Nafsu tidak menjawab sebaliknya mendiamkan diri. Kemudian Allah SWT berfirman lagi: “Siapakah engkau dan siapakah Aku?”. Lalu nafsu berkata, “Aku adalah aku, dan Engkau adalah Engkau.”
Setelah itu Allah SWT menyiksanya dengan neraka jahim selama 100 tahun, dan kemudian mengeluarkannya. Kemudian Allah SWT berfirman: “Siapakah engkau dan siapakah Aku?”. Lalu nafsu berkata, “Aku adalah aku dan Engkau adalah Engkau.”
Lalu Allah S.W.T menyiksa nafsu itu dalam neraka Juu’ selama 100 tahun. Setelah dikeluarkan maka Allah SWT berfirman: “Siapakah engkau dan siapakah Aku?”. Akhirnya nafsu mengakui dengan berkata, ” Aku adalah hamba-Mu danEngkau adalah Tuhanku.”
Diterangkan dalam kitab tersebut bahwa dengan sebab itulah maka Allah SWT mewajibkan puasa. Dari kisah itu dapatlah kita pahami bahwa hawa nafsu itu adalah sangat jahat, nakal, dan semaunya sendiri. Oleh karena itu hendaklah kita pandai mengawal dan mengendalikan nafsu itu, jangan sampai membiarkan hawa nafsu itu mengawal dan mengendalikan kita, sebab kalau dia yang mengawal dan mengendalikan diri kita maka kita akan menjadi musnah dan binasa.
Maka bisa dimaklumi ketika kembali dari satu peperangan yang dahsyat yaitu perang badar melawan kaum musyrikin, Rasulullah SAW tiba-tiba bersabda di tengah-tengah para sahabat: “Kita baru kembali dari satu peperangan yang kecil untuk memasuki peperangan yang lebih besar”. Sahabat terkejut dan bertanya, “Peperangan apakah itu wahai Rasulullah ? “Beliau menjawab, “Peperangan melawan hawa nafsu.”
Wallahu A'lam...
Kemudian Allah S.W.T. berfirman lagi: “Wahai akal! Siapakah aku?”. Lalu akal pun berkata, “Engkau adalah Tuhan yang menciptakan aku dan aku adalah hamba-Mu yang lemah.” Lalu Allah SWT berfirman: “Wahai akal, tidakKu-ciptakan makhluk yang lebih mulia daripada engkau.”
Setelah itu Allah SWT menciptakan nafsu, dan berfirman kepadanya: “Wahai nafsu, menghadaplah kamu!”. Nafsu tidak menjawab sebaliknya mendiamkan diri. Kemudian Allah SWT berfirman lagi: “Siapakah engkau dan siapakah Aku?”. Lalu nafsu berkata, “Aku adalah aku, dan Engkau adalah Engkau.”
Setelah itu Allah SWT menyiksanya dengan neraka jahim selama 100 tahun, dan kemudian mengeluarkannya. Kemudian Allah SWT berfirman: “Siapakah engkau dan siapakah Aku?”. Lalu nafsu berkata, “Aku adalah aku dan Engkau adalah Engkau.”
Lalu Allah S.W.T menyiksa nafsu itu dalam neraka Juu’ selama 100 tahun. Setelah dikeluarkan maka Allah SWT berfirman: “Siapakah engkau dan siapakah Aku?”. Akhirnya nafsu mengakui dengan berkata, ” Aku adalah hamba-Mu danEngkau adalah Tuhanku.”
Diterangkan dalam kitab tersebut bahwa dengan sebab itulah maka Allah SWT mewajibkan puasa. Dari kisah itu dapatlah kita pahami bahwa hawa nafsu itu adalah sangat jahat, nakal, dan semaunya sendiri. Oleh karena itu hendaklah kita pandai mengawal dan mengendalikan nafsu itu, jangan sampai membiarkan hawa nafsu itu mengawal dan mengendalikan kita, sebab kalau dia yang mengawal dan mengendalikan diri kita maka kita akan menjadi musnah dan binasa.
Maka bisa dimaklumi ketika kembali dari satu peperangan yang dahsyat yaitu perang badar melawan kaum musyrikin, Rasulullah SAW tiba-tiba bersabda di tengah-tengah para sahabat: “Kita baru kembali dari satu peperangan yang kecil untuk memasuki peperangan yang lebih besar”. Sahabat terkejut dan bertanya, “Peperangan apakah itu wahai Rasulullah ? “Beliau menjawab, “Peperangan melawan hawa nafsu.”
Wallahu A'lam...