Qasidah Munajat Al Imam Al Quthb Habib Abdullah Al Haddad
Ya Rasulallah . . .
Maha suci Allah, yang berhak menerima segala pujian dan sanjungan atas segala limpahan nikmat dan rahmatnya. Dia-lah Allah yang telah melimpahkan segenap nikmat atas seluruh makhluknya, tanpa pernah terputus oleh zaman, dan tiada pula terbatas oleh hitungan. Allah swt berfirman dalam kitabnya yang agung : “Jika kalian menghitung-hitung nikmat Allah, maka kalian takkan mampu menghitungnya” (QS an-nahel 18).
Maka suatu kewajiban bagi hamba-hamba Allah untuk mensyukuri segala nikmat yang sangat luas tersebut, dengan memelihara segala nikmat dan rahmat yang telah dilimpahkan Allah swt.
Salah satu nikmat teragung yang dikaruniakan Allah swt kepada makhluknya adalah dengan wujudnya seorang manusia pilihan yang telah diciptakan sebagai perwujudan bagi rahmatnya atas seluruh alam, yang tiada lain manusia itu adalah sang insan yang sempurna Sayyidina Muhammad saw. Maha benar Allah swt yang telah berfirman : “Dan tidaklah aku utus engkau (wahai Muhammad) melainkan menjadi rahmat bagi seluruh alam” (QS al-anbiya’ 107).
Pada diri dan sifat-sifat beliau terpancar rahmat yang sangat luas, Rasulullah rahmat bagi segenap manusia, Rasulullah adalah rahmat bagi jin dan manusia, bahkan beliau adalah rahmat bagi binatang, rahmat bagi si mukmin, dan rahmat bagi si kafir, serta bagi orang munafik sekalipun. Allah swt berfirman : “Sesungguhnya telah datang kepada kalian seorang Rasul dari golongan kalian sendiri, terasa berat baginya penderitaan kalian, ia sangat mengharapkan kebaikan (keimanan dan keselamatan) bagi kalian, amat belas kasihan lagi penyayang bagi umat mukmin (QS at-taubah 128).
Diriwayatkan bahwa suatu hari Rasulullah saw sedang berjalan di terik matahari, karena letih beliau beristirahat sejenak dengan menyandarkan punggungnya di dinding sebuah rumah, sedang pemilik rumah tersebut adalah seorang wanita yahudi yang sangat membenci Rasulullah saw. Lalu datang Jibril as dan berkata kepada Rasulullah saw : “Wahai Rasulullah, sesungguhnya pemilik rumah itu adalah seorang wanita yahudi yang sangat membencimu, dan Allah mememrintahkanmu untuk meningggal tempat itu.” Kemudian Rasulullah saw pun beranjak dari tempat itu.
Namun beberapa saat kemudian, datanglah kembali Jibril as dan berkata, “Wahai Rasulullah, Allah swt memerintahmu untuk kembali ke tempat itu, karena Allah swt telah menurunkan rahmat-Nya bagi wanita pemilik rumah itu, dikarenakan punggungmu telah menempel pada dinding rumah itu.”
Kemudian Rasulullah kembali dan wanita itupun segera menyambut beliau di rumahnya seraya berkata, “Wahai Muhammad tadi ketika engkau bersandar pada dinding rumahku ini, engkau adalah manusia yang paling aku benci, tetapi sekarang engkau adalah manusia yang paling aku cintai di dunia ini”. Wanita itupun akhirnya memuluk islam dan menjadi wanita yang shalihah. Betapa indah rahmat Allah yang diturunkan melalui hamba pilihanya ini.
Adapun sebagian dari rahmat Rasulullah saw bagi ummat ini adalah, kemudahan ajaran yang dibawa beliau bagi ummatnya. Sebuah ajaran suci dan agung, risalah yang menjadi penyempurna bagi risalah-risalah sebelumnya, namun jauh dari hal-hal yang memberatkan ummatnya. Berbeda dengan syariat yang di bawa para Nabi pendahulunya, beliau memiliki syariat yang paling ringan bagi ummatnya, hal ini karena kasih sayang beliau yang sangat tinggi kepada ummatnya, sebagaimana beliau sabdakan, “Sesungguhnya aku telah datang kepada kalian dengan membawa syariat yang suci dan mudah.”
Diantara bukti kasih sayang beliau dan kemudahan ajaranya adalah dalam hal bersiwak, Rasulullah saw menganjurkan ummatnya agar bersiwak, sebagaimana diriwayatkan bahwa siwak membawa banyak sekali manfaat bagi mereka yang menggunakanya, akan tetapi di sisi lain beliau juga tidak ingin hal ini diwajibkan atas ummatnya, karena hawatir jikalau ummatnya takkan mampu melaksanakan kewajiban tersebut. Rasulullah saw bersabda : “Jika aku tidak takut akan memberatkan ummatku, maka aku akan wajibkan bagi mereka untuk bersiwak di setiap wudhu.”
Bukan hanya mereka yang beriman, akan tetapi bagi mereka yang munafik atau bahkan kafir sekalipun juga mendapat rahmat beliau, karena selama wujudnya Rasulullah saw di dunia ini orang-orang munafik dapat hidup dengan tenang tanpa diperangi. Karena rahmat beliau pula, Allah swt tidak menurunkan adzab-Nya bagi orang-orang kafir, hingga mereka tidak mengalami seperti yang dialami kaum Nabi Nuh as yang ingkar, atau kaum Aad, kaum Tsamud, juga kaum Nabi Luuth as, yang mana Allah swt telah meratakan mereka dengan adzab-Nya setelah mereka mendustakan para Nabi utusanya tersebut.
Hal ini diabadikan dalam firma-Nya, “Dan tiada Allah akan menyiksa mereka orang-orang kafir itu, selagi engkau (wahai Muhammad) ada di antara mereka” (QS al-anfal 33)
Tiada satupun dari makhluk di alam ini, kecuali telah mendapat bagian dari rahmat Nabawiyyah yang di bawa Rasulullah saw, terlebih lagi bagi kaum lemah dan faqir miskin. Beliau adalah ayah bagi setiap anak yatim, dan beliau pula insan yang memiliki kepedulian yang sangat tinggi pada para janda yang kekurangan. Bahkan makhluk yang bernama binatang sekalipun ikut merasakan sentuhan kasih sayang beliau, seperti larangan beliau kepada ummatnya untuk tidak membuang hajat pada tanah yang berlubang. Dikhawatirkan di dalamnya menjadi tempat tinggal bagi binatang-binatang kecil. Atau anjuran beliau agar ummatnya menyembelih hewan dengan cara yang baik, supaya tidak menyiksa hewan tersebut, seperti yang disebutkan dalam hadits, bahwa Rasulullah saw bersabda : ”Sesungguh Allah swt telah menetapkan kebaikan atas segala sesuatu, maka apabila engkau menyembelih hewan, hendaknya engkau lakukan dengan cara yang baik, dan jika engkau makan, makanlah dengan cara yang baik.”
Demikian luas rahmat yang ada pada Rasulullah saw meliputi seluruh alam. Namun sepentasnya bagi kita sebagai ummatnya untuk kembali merenung, seberapa besarkah bagian yang kita peroleh dari rahmat tersebut? Sudahkah kita dapat dengan benar merasakanya? Sungguh satu hal yang tidak mudah, melainkan bagi mereka yang menggunakan mata hatinya untuk memandang rahmat tersebut dan getar keimananya bergerak merasakan rahmat tersebut, serta kejernihan akal yang dianugrahkan Allah swt memacunya untuk memperkokoh ketaatan kepada syariat yang di bawa junjungan kita Sayyidina Muhammad saw.
Semoga Allah menjadikan kita hamba yang taat dan dapat meneladani dan meneruskan perjuangan Rasulullah saw, amien..
Sumber :
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Posting Komentar