Qasidah Munajat Al Imam Al Quthb Habib Abdullah Al Haddad

Qasidah Munajat Al Imam Al Quthb Habib Abdullah Al Haddad

Ya Rasulallah . . .

Hanya Dengan Kebaikan . . . .
Habib Segaf bin Hasan Baharun: Hanya dengan Kebaikan… PDF Print E-mail
"Ilmu agama hanya diberikan kepada orang-orang yang telah dicatat sebagai orang-orang yang berbahagia, dan tidaklah diharamkan kecuali terhadap orang-orang yang telah dicatat sebagai orang-orang yang celaka." (al-hadits).

Di antara hal yang sangat dianjurkan dan diperintahkan oleh syari’at adalah mengambil pelajaran dari kejadian-kejadian yang telah lalu. Kita mengambil pelajaran dari pribadi-pribadi yang telah menjadikan agama sebagai konsep dan pedoman dalam hidupnya.

Sosok pertama yang mesti kita ambil pelajaran darinya adalah Baginda Nabi Muhammad SAW.

Nabi Muhammad SAW

Bila kita menganggap problem dan masalah yang kita hadapi ini selama ini begitu berat, itu tidaklah seberapa jika dibandingkan dengan problem yang dihadapai oleh Nabi. Padahal andaikan beliau meminta dan berdoa, pasti akan diterima oleh Allah SWT.

Setiap kali Nabi berdakwah, orang-orang kafir melempari beliau, menampar, dan menghina beliau. Bahkan suatu ketika, pada saat Nabi SAW tengah sujud di Ka`bah, seorang kafir Quraisy yang bernama Utbah bin Abi Mu`id membawa sekantung kotoran unta yang telah tersimpan selama tiga hari tiga malam lalu mengangkatnya tepat di atas kepala Nabi SAW dan merobeknya sehingga mengotori kepala dan wajah Nabi SAW.

Suatu ketika orang-orang kafir Quraisy menyewa seorang Yahudi untuk menyakiti Nabi. Di lorong yang biasa di lewati Nabi SAW untuk menuju Ka`bah, orang Yahudi itu berdiri untuk menunggu Nabi SAW. Di saat Nabi lewat, dia memanggil Nabi.

Beliau pun menengok, karena beliau tidak pernah mengecewakan siapa pun yang memanggilnya. Di saat itulah Yahudi tadi meludahi wajah Rasulullah SAW.

Nabi tidak sedikit pun marah atau menghardik Yahudi itu.

Keesokan harinya, Nabi kembali berjalan di tempat yang sama. Tidak sedikit pun beliau merasa dendam atau berusaha untuk menjauhi jalan tersebut. Sesampainya di tempat yang sama, Nabi pun kembali dipanggil dan diludahi seperti sebelumnya.

Demikianlah kejadian itu terus berulang selama beberapa hari hingga pada suatu hari Nabi tidak mendapati lagi orang yang meludahinya selama itu. Nabi pun bertanya dalam hatinya, “Ke mana gerangan orang yang selalu meludahiku?”

Setelah menanyakannya, tahulah Nabi bahwa orang tersebut jatuh sakit.

Nabi pun pulang ke rumah untuk mengambil makanan yang ada dan tak lupa pula mampir ke pasar, membeli buah-buahan, untuk menjenguk Yahudi yang tengah sakit itu.

Sesampainya di rumah si Yahudi, Nabi mengetuk pintu.

Dari dalam rumah, terdengar suara lirih Yahudi yang tengah sakit mendekati pintu sembari bertanya, “Siapa yang datang?”

“Saya, Muhammad,” jawab Nabi SAW.

“Muhammad siapa?” terdengar suara Yahudi itu kembali bertanya.

“Muhammad Rasulullah,” jawab Nabi lagi.

Setelah pintu dibuka, alangkah terkejutnya si Yahudi, menyaksikan sosok yang datang adalah orang yang selama itu disakitinya dan diludahi wajahnya.

“Untuk apa engkau datang kemari?” tanya Yahudi itu lagi.

“Aku datang untuk menjengukmu, wahai saudaraku, karena aku mendengar engkau jatuh sakit,” jawab Nabi SAW dengan suara yang lembut.

“Wahai Muhammad, ketahuilah bahwa sejak aku jatuh sakit, belum ada seorang pun datang menjengukku, bahkan Abu Jahal sekalipun, yang telah menyewaku untuk menyakitimu, padahal aku telah beberapa kali mengutus orang kepadanya agar ia segera datang memberikan sesuatu kepadaku. Namun engkau, yang telah aku sakiti selama ini dan aku ludahi berkali-kali, justru engkau yang pertama kali datang menjengukku,” kata Yahudi itu dengan nada terharu.

Keagungan akhlaq Nabi SAW telah meluluhkan hatinya. Ia pun memeluk Nabi dan menyatakan dirinya masuk Islam.

Perhatikanlah, mengapa Nabi tetap bersabar dengan semua perlakuan itu? Dan mengapa Nabi memilih jalan semacam itu dalam hidupnya? Jawabnya, karena Nabi adalah manusia yang paling tahu bahwa dengan cobaan itulah akan didapatkan ridha Allah SWT yang teramat mahal dan berharga, pahala yang besar dan derajat yang tinggi di sisi Allah SWT. Inilah yang membuat derajat Nabi SAW sangat tinggi sampai pada tingkatan yang tidak pernah dicapai oleh seorang makhluk mana pun selain Nabi.

Sabda Nabi, manusia yang paling berat cobaannya adalah para nabi, kemudian para ulama, kemudian orang-orang yang mengikuti jejak-jejak mereka, dan seterusnya.

Sumber :
majalah-alkisah.com
Label: | edit post
0 Responses

Posting Komentar


Assalamu 'Alaika Ayyuhan Nabiyyu Warahmatullahi Wabarokatuh

Video Streaming Acara Akbar "Majelis Rasulullah"